Artikel Mendidik Anak

Friday, December 18, 2009




30 Kiat Mendidik Anak

Apabila telah tampak tanda-tanda tamyiz pada seorang anak, maka selayaknya dia mendapatkan perhatian sesrius dan pengawasan yang cukup. Sesungguhnya hatinya bagaikan bening mutiara yang siap menerima segala sesuatu yang mewarnainya. Jika dibiasakan dengan hal-hal yang baik, maka ia akan berkembang dengan kebaikan, sehingga orang tua dan pendidiknya ikut serta memperoleh pahala.

Sebaliknya, jika ia dibiasakan dengan hal-hal buruk, maka ia akan tumbuh dengan keburukan itu. Maka orang tua dan pedidiknya juga ikut memikul dosa karenanya.

Oleh karena itu, tidak selayaknya orang tua dan pendidik melalaikan tanggung jawab yang besar ini dengan melalaikan pendidikan yang baik dan penanaman adab yang baik terhadapnya sebagai bagian dari haknya. Di antara adab-adab dan kiat dalam mendidik anak adalah sebagai berikut:

• Hendaknya anak dididik agar makan dengan tangan kanan, membaca basmalah, memulai dengan yang paling dekat dengannya dan tidak mendahului makan sebelum yang lainnya (yang lebih tua, red). Kemudian cegahlah ia dari memandangi makanan dan orang yang sedang makan.

• Perintahkan ia agar tidak tergesa-gesa dalam makan. Hendaknya mengunyahnya dengan baik dan jangan memasukkan makanan ke dalam mulut sebelum habis yang di mulut. Suruh ia agar berhati-hati dan jangan sampai mengotori pakaian.

• Hendaknya dilatih untuk tidak bermewah-mewah dalam makan (harus pakai lauk ikan, daging dan lain-lain) supaya tidak menimbulkan kesan bahwa makan harus dengannya. Juga diajari agar tidak terlalu banyak makan dan memberi pujian kepada anak yang demikian. Hal ini untuk mencegah dari kebiasaan buruk, yaitu hanya memen-tingkan perut saja.

• Ditanamkan kepadanya agar mendahulukan orang lain dalam hal makanan dan dilatih dengan makanan sederhana, sehingga tidak terlalu cinta dengan yang enak-enak yang pada akhirnya akan sulit bagi dia melepaskannya.

• Sangat disukai jika ia memakai pakaian berwarna putih, bukan warna-warni dan bukan dari sutera. Dan ditegaskan bahwa sutera itu hanya untuk kaumwanita.

• Jika ada anak laki-laki lain memakai sutera, maka hendaknya mengingkarinya. Demikian juga jika dia isbal (menjulurkan pakaiannya hingga melebihi mata kaki). Jangan sampai mereka terbiasa dengan hal-hal ini.

• Selayaknya anak dijaga dari bergaul dengan anak-anak yang biasa bermegah-megahan dan bersikap angkuh. Jika hal ini dibiarkan maka bisa jadi ketika dewasa ia akan berakhlak demikian. Pergaulan yang jelek akan berpengaruh bagi anak. Bisa jadi setelah dewasa ia memiliki akhlak buruk, seperti: Suka berdusta, mengadu domba, keras kepala, merasa hebat dan lain-lain, sebagai akibat pergaulan yang salah di masa kecilnya. Yang demikian ini, dapat dicegah dengan memberikan pendidikan adab yang baik sedini mungkin kepada mereka.

• Harus ditanamkan rasa cinta untuk membaca al Qur’an dan buku-buku, terutama di perpustakaan. Membaca al Qur’an dengan tafsirnya, hadits-hadits Nabi n dan juga pelajaran fikih dan lain-lain. Dia juga harus dibiasakan menghafal nasihat-nasihat yang baik, sejarah orang-orang shalih dan kaum zuhud, mengasah jiwanya agar senantiasa mencintai dan menela-dani mereka. Dia juga harus diberitahu tentang buku dan faham Asy’ariyah, Mu’tazilah, Rafidhah dan juga kelompok-kelompok bid’ah lainnya agar tidak terjerumus ke dalamnya. Demikian pula aliran-aliran sesat yang banyak ber-kembang di daerah sekitar, sesuai dengan tingkat kemampuan anak.

• Dia harus dijauhkan dari syair-syair cinta gombal dan hanya sekedar menuruti hawa nafsu, karena hal ini dapat merusak hati dan jiwa.

• Biasakan ia untuk menulis indah (khath) dan mengahafal syair-syair tentang kezuhudan dan akhlak mulia. Itu semua menunjukkan kesempurnaan sifat dan merupakan hiasan yang indah.

• Jika anak melakukan perbuatan terpuji dan akhlak mulia jangan segan-segan memujinya atau memberi penghargaan yang dapat membahagia-kannya. Jika suatu kali melakukan kesalahan, hendaknya jangan disebar-kan di hadapan orang lain sambil dinasihati bahwa apa yang dilakukannya tidak baik.

• Jika ia mengulangi perbuatan buruk itu, maka hendaknya dimarahi di tempat yang terpisah dan tunjukkan tingkat kesalahannya. Katakan kepadanya jika terus melakukan itu, maka orang-orang akan membenci dan meremehkannya. Namun jangan terlalu sering atau mudah memarahi, sebab yang demikian akan menjadikannya kebal dan tidak terpengaruh lagi dengan kemarahan.

• Seorang ayah hendaknya menjaga kewibawaan dalam ber-komunikasi dengan anak. Jangan menjelek-jelekkan atau bicara kasar, kecuali pada saat tertentu. Sedangkan seorang ibu hendaknya menciptakan perasaan hormat dan segan terhadap ayah dan memperingatkan anak-anak bahwa jika berbuat buruk maka akan mendapat ancaman dan kemarahan dari ayah.

• Hendaknya dicegah dari tidur di siang hari karena menyebabkan rasa malas (kecuali benar-benar perlu). Sebaliknya, di malam hari jika sudah ingin tidur, maka biarkan ia tidur (jangan paksakan dengan aktivitas tertentu, red) sebab dapat menimbulkan kebosanan dan melemahnya kondisi badan.

• Jangan sediakan untuknya tempat tidur yang mewah dan empuk karena mengakibatkan badan menjadi terlena dan hanyut dalam kenikmatan. Ini dapat mengakibatkan sendi-sendi menjadi kaku karena terlalu lama tidur dan kurang gerak.

• Jangan dibiasakan melakukan sesuatu dengan sembunyi-sembunyi, sebab ketika ia melakukannya, tidak lain karena adanya keyakinan bahwa itu tidak baik.

• Biasakan agar anak melakukan olah raga atau gerak badan di waktu pagi agar tidak timbul rasa malas. Jika memiliki ketrampilan memanah (atau menembak, red), menunggang kuda, berenang, maka tidak mengapa menyi-bukkan diri dengan kegiatan itu.

• Jangan biarkan anak terbiasa melotot, tergesa-gesa dan bertolak (berkacak) pinggang seperti perbuatan orang yang membangggakan diri.

• Melarangnya dari membangga-kan apa yang dimiliki orang tuanya, pakaian atau makanannya di hadapan teman sepermainan. Biasakan ia ber-sikap tawadhu’, lemah lembut dan menghormati temannya.

• Tumbuhkan pada anak (terutama laki-laki) agar tidak terlalu mencintai emas dan perak serta tamak terhadap keduanya. Tanamkan rasa takut akan bahaya mencintai emas dan perak secara berlebihan, melebihi rasa takut terhadap ular atau kalajengking.

• Cegahlah ia dari mengambil sesuatu milik temannya, baik dari keluarga terpandang (kaya), sebab itu merupakan cela, kehinaan dan menurunkan wibawa, maupun dari yang fakir, sebab itu adalah sikap tamak atau rakus. Sebaliknya, ajarkan ia untuk memberi karena itu adalah perbuatan mulia dan terhormat.

• Jauhkan dia dari kebiasaan meludah di tengah majlis atau tempat umum, membuang ingus ketika ada orang lain, membelakangi sesama muslim dan banyak menguap.

• Ajari ia duduk di lantai dengan bertekuk lutut atau dengan menegakkan kaki kanan dan menghamparkan yang kiri atau duduk dengan memeluk kedua punggung kaki dengan posisi kedua lutut tegak. Demikian cara-cara duduk yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam.

• Mencegahnya dari banyak berbicara, kecuali yang bermanfaat atau dzikir kepada Allah.

• Cegahlah anak dari banyak bersumpah, baik sumpahnya benar atau dusta agar hal tersebut tidak menjadi kebiasaan.

• Dia juga harus dicegah dari perkataan keji dan sia-sia seperti melaknat atau mencaci maki. Juga dicegah dari bergaul dengan orang-orang yang suka melakukan hal itu.

• Anjurkanlah ia untuk memiliki jiwa pemberani dan sabar dalam kondisi sulit. Pujilah ia jika bersikap demikian, sebab pujian akan mendorongnya untuk membiasakan hal tersebut.

• Sebaiknya anak diberi mainan atau hiburan yang positif untuk melepaskan kepenatan atau refreshing, setelah selesai belajar, membaca di perpustakaan atau melakukan kegiatan lain.

• Jika anak telah mencapai usia tujuh tahun maka harus diperintahkan untuk shalat dan jangan sampai dibiarkan meninggalkan bersuci (wudhu) sebelumnya. Cegahlah ia dari berdusta dan berkhianat. Dan jika telah baligh, maka bebankan kepadanya perintah-perintah.

• Biasakan anak-anak untuk bersikap taat kepada orang tua, guru, pengajar (ustadz) dan secara umum kepada yang usianya lebih tua. Ajarkan agar memandang mereka dengan penuh hormat. Dan sebisa mungkin dicegah dari bermain-main di sisi mereka (mengganggu mereka).

Demikian adab-adab yang berkaitan dengan pendidikan anak di masa tamyiz hingga masa-masa menjelang baligh. Uraian di atas adalah ditujukan bagi pendidikan anak laki-laki. Walau demikian, banyak di antara beberapa hal di atas, yang juga dapat diterapkan bagi pendidikan anak perempuan. Wallahu a’lam.

Dari mathwiyat Darul Qasim “tsalasun wasilah li ta’dib al abna’’” asy Syaikh Muhammad bin shalih al Utsaimin rahimahullah .

Sumber : www.kajianislam.net

Artikel Cara Mendidik Anak

artikel cara mendidik anak

Tuesday, December 15, 2009




Cara mendidik anak. Bagaimana cara mendidik anak?, kebanyakan dari orang tua terkesan arogan atau pun cuek dalam mendidik anak. Alhasil sang anak pun menjadi merasa tertekan dan kurang rasa kasih sayang. Memang sih merawat anak itu sulit terlebih lagi anaknya nakal hahaahaha...persis seperti anak saya (axel). Tapi sudah kewajiban kita sebagai orang tua untuk merawat dan mendidiknya bukan. Langkah pertama dalam mendidik anak adalah kenali bagaimana watak dari sang anak itu terlebih dahulu.

Lalu ajarkan dia dengan penuh kasih sayang. Ingat amarah yang disertai dengan pukulan akan merusak mental sang anak. Kebanyakan dari kita tidak senang apabila anak akan melakukan sesuatu yang terkesan kurang baik, seperti bermain tanah, bermain di jalan, respon dari orang tua adalah langsung memarahi sang anak dan memukulnya.

Bukan itu yang terbaik, saya rasa dengan memberikan nasehat yang lembut disertai dengan interaksi membuat sang anak lebih menerima arahan dari kita.

Ajarkan anak dengan perlahan dan jangan bersifat memaksa. Contohnya apabila dia sedang bermain, sampiri dia dan tanya dia sedang apa?. Ketika dia menjawab, kamu langsung menanyakan "apa mama/papa boleh ikut main?". Sang anak akan merasa sangat senang. Nah ketika momen inilah kamu berikan dia pelarajaran yang menurut kamu baik.

Sang anak nakal! saya harus bagaimana?.

Ini pertanyaan yang sering terlintas di benak kita. Sebenarnya coba kamu pikirkan kenapa anak kamu nakal?. Ada beberapa hal yang menyebabkan dia nakal...

1. Karena pintar.
2. Faktor keturunan.
3. Karena kurangnya perhatian.

Jadi saya rasa jangan salahkan sang anak hehehehe, cukup atasi dengan bijak. Tapi apabila sang anak sudah kelewatan, tegur dia dengan sedikit pukulan di tangannya. Dan kemudian beri sedikit nasehat (tapi jangan sambil marah-marah).

Saya harap tips sederhana diatas cukup membantu...

Related Post : Cara mendidik anak
Sumber : www.anekatips.info

Artikel Lain :

Hiperbilirubinemia Apaan Tuh

Hiperbilirubinemia - Apaan Tuh?

Tuesday, November 10, 2009




Hiperbilirubinemia merupakan kenaikan tingkat bilirubin pada bayi. Ketika tubuh bayi mengganti sel-sel darah merah dan jaringan tubuh lainnya dengan yang baru, maka hasil pembuangan dari proses ini biasanya akan dihilangkan oleh hati/liver. Bilirubin termasuk salah satu hasil pembuangan tersebut.

Latar Belakang Terjadinya Hiperbilirubinemia

Ketika bayi Anda masih berada dalam rahim (masih dalam bentuk janin), maka tugas membuang bilirubin dari darah janin dilakukan oleh plasenta. Hati/liver si janin tidak perlu membuang bilirubin.

Ketika bayi Anda lahir, maka tugas ini langsung diambil alih oleh hati/liver-nya. Karena liver-nya belum terbiasa melakukannya, maka jangan kaget jika ternyata ia memerlukan beberapa minggu untuk penyesuaian.

Selama liver bayi Anda bekerja keras untuk menghilangkan bilirubin dari darahnya, tentu saja jumlah bilirubin yang tersisa akan terus menumpuk di tubuhnya. Karena bilirubin berwarna kuning, maka jika jumlahnya sangat banyak, ia dapat “menodai” kulit dan jaringan-jaringan tubuh lainnya yang dimiliki oleh bayi Anda.

Kapan Hiperbilirubinemia Menjadi Berbahaya?

Untuk tingkat bilirubin rendah atau menengah, akibat yang terjadi adalah berubahnya warna kulit bayi Anda menjadi kuning. Sedangkan tingkat bilirubin yang tinggi bisa berbahaya, karena ia bisa masuk ke sel-sel otak bayi dan merusaknya.

Untuk mencegah hal ini terjadi, sangatlah bijaksana untuk mengontrol terus tingkat bilirubin bayi yang terkena Hiperbilirubinemia.

Apa yang Bisa Anda Lakukan?

Pada tingkat akumulasi bilirubin yang masih rendah, Anda cukup memberikan asupan air yang lebih kepada bayi Anda dan memberikan fototerapi (atau biasanya dengan berjemur di panas matahari pagi).

Pada tingkat akumulasi bilirubin yang sudah sangat tinggi, mungkin diperlukan adanya transfusi darah, untuk “menukar” darah bayi yang mengandung bilirubin tinggi tersebut dengan darah orang dewasa dengan tingkat bilirubin yang rendah.

Biasanya kondisi Hiperbilirubinemia ini lebih banyak ditemukan pada bayi prematur, namun biasanya dapat diatasi hanya dengan memperbanyak asupan air dan fototerapi.

Sumber : www.tipsbayi.com

Artikel Lain :

Mengatasi Anak Manja

Mengatasi Anak Manja

Tuesday, October 20, 2009




Saat anak mulai meninggalkan usia balitanya, terkadang mereka masih saja manja. Bahkan sampai usia tujuh tahun atau mereka sudah memiliki adik, terkadang mereka masih suka merengek seperti adiknya yang masih balita. Anak manja biasanya karena perlakuan orang tuanya yang terlalu berlebihan dalam menuruti semua permintaanya. Apa yang anak minta, orang tua selalu memenuhinya. Akibatnya jika orang tua sampai tidak memenuhi permintaanya maka anak pun merengek dan menangis.

Sifat manja anak juga terjadi dalam hal keinginan untuk selalu dekat dengan orang tua. Tidak jarang anak yang sudah dalam usia sekolah masih selalu berrebut dengan adiknya yang balita untuk mendapatkan belaian dari ibunya.

Nah, apa yang harus dilakukan Anda sebagai orang tua untuk mengatasi anak yang manja?

  • Orang tua harus mempunyai kemauan untuk tidak lagi memanjakan anak. Perilaku manja salah satunya karena selama ini apa saja yang mereka inginkan selalu dituruti.
  • Mulailah untuk tidak memanjakan anak dan ajarkan hidup mandiri dari hal-hal yang kecil. Misalnya biasakan anak mengambil baju seragam sendiri, mengambil makan atau minum sendiri.
  • Tindakan untuk tidak memanjakan anak seharusnya juga dilakukan oleh orang tua atau pengasuh yang lain, tidak hanya oleh satu orang saja.
  • Komunikasilah dengan anak, bahwa seharusnya untuk usia saat ini mulai mempunyai tanggung jawab. Jelaskan mengenai prioritas, bahwa tidak semua yang diinginkan harus terpenuhi.
  • Jika anak masih mengabaikan perintah orang tua dengan merengek atau menangis, berikan pengertian bahwa tindakan itu tidak benar. Berikan pelukan dan dukungan untuk menenangkan anak.
  • Orang tua harus konsisten untuk tidak memanjakan anak, tidak hanya satu atau dua hari saja lalu kembali menajakan mereka.
  • Berikanlah pujian jika anak tidak lagi merengek saat meminta sesuatu, sehingga anak mengerti bahwa orang tua senang saat dia mulai berubah.

Jika anda memiliki pengalaman lain untuk mengatasi anak yang manja, sampaikan untuk disharing dengan teman-teman yang lain dibawah situ. Semoga bermanfaat.

Sumber artikel :
Dari berbagai sumber.
Sumber utama, Parenting Guide 032008.

5 Tips Menyusui Anak

Tuesday, August 4, 2009




by dr Salma. Bayi yang disusui dengan ASI akan mendapatkan gizi terbaik yang tidak tergantikan bahkan oleh susu formula yang paling mahal sekalipun. Menyusui juga merekatkan jalinan cinta antara ibu dan bayinya karena:

* Kontak kulit dengan ibunya membuat otak bayi melepaskan hormon oksitosin (”hormon cinta”) yang membuatnya tenang dan merasa terlindungi.
* Air susu ibu (ASI) mengandung hormon koleksitokinin yang membuat bayi mudah tidur.

Berikut adalah beberapa tips bagi para ibu yang sedang menyusui:

Susuilah bayi pada saat dia meminta dan hentikan hanya setelah dia merasa cukup, sebab:

1. Jangan menjadwalkan pemberian ASI.

* Bayi memiliki lambung yang kecil dan ASI sangat mudah diserap. Semakin muda umur bayi, semakin cepat dia merasa lapar kembali. Kapasitas produksi ASI antar ibu juga bervariasi. Semakin kecil produksi, semakin sering dan lama bayi harus disusui. Hanya bayi itu sendiri yang tahu kapan saatnya harus menyusu.
* Kandungan gizi dalam ASI yang dikeluarkan selama menyusui bervariasi. Kandungan lemak pada menit-menit awal cukup rendah, lalu meningkat terus sampai menit terakhir. Bila ibu menghentikan proses menyusui sebelum saatnya, maka bayi akan kekurangan lemak dan cepat lapar kembali.
* Bila menyusui dilakukan secara terjadwal, dalam tiga bulan produksi ASI akan menurun. Aktivitas menyusui merangsang keluarnya hormon prolaktin yang memproduksi susu. Semakin sering menyusui, semakin besar prolaktin yang dikeluarkan. Bila ibu jarang menyusui, maka otomatis tubuhnya juga pelan-pelan akan mengurangi prolaktin yang bermanfaat dalam produksi ASI.
* Bayi meminta menyusu bukan semata-mata karena lapar, namun juga karena kebutuhan emosional untuk disayangi dan dilindungi.

2. Jaga keseimbangan kedua payudara. Susui dengan kedua payudara secara bergantian. Setiap kali memulai, gunakan payudara yang terakhir disusukan.

3. Bantu bayi bila menunjukkan gejala akan bersendawa (Jawa: gumoh). Sendawakan dengan menggendong tegak pada pundak dan menepuk-nepuk punggungnya. Dengan begitu maka udara yang terisap bersama ASI secara perlahan akan keluar.

4. Bila ASI memancar sewaktu akan disusukan, keluarkan sedikit dengan tangan untuk menghindari bayi tersedak dan menolak susu. Caranya adalah dengan menopang payudara secara lembut dan mengurut ke arah areola sambil memutar pijatan ke sekeliling kuadran payudara. Kemudian, tekan areola dengan ibu jari dan jari-jari untuk mengosongkan ASI yang terdapat dalam sinus-sinus areola.Cara lain untuk mengeluarkan ASI adalah dengan pompa mekanik maupun listrik. Apabila terjadi pembengkakan payudara (engorgement) sebelum ASI dikeluarkan dengan pompa, sebaiknya payudara dipijat terlebih dahulu supaya ASI mudah keluar.

5. Bagi ibu yang terpaksa harus meninggalkan bayinya, simpanlah ASI agar dapat diberikan melalui botol pada saat bayi merasa lapar. ASI dapat disimpan di tempat yang bersih selama 6-8 jam. Bila disimpan di kulkas, jangan diberikan setelah melewati 2X 24 jam. ASI dapat bertahan hingga 2 minggu bila disimpan pada lemari pendingin bertemperatur di bawah 18 derajat celcius. Pembekuan ASI tidak banyak berpengaruh terhadap kandungan gizi dan zat kebal di dalamnya, asalkan tidak dipanaskan berlebihan sebelum diberikan ke bayi. Pemanasan di atas 62 derajat celcius selama 30 menit akan merusak unsur selular dan zat kebal di dalamnya (IgG, IgA dan IgN).

Sumber : www.sehatbugar.org

Artikel Lain :

Upaya Mencegah Kecemasan Siswa

Upaya Mencegah Kecemasan Siswa di Sekolah

Tuesday, July 21, 2009




Oleh : Akhmad Sudrajat

Kecemasan atau anxiety merupakan salah satu bentuk emosi individu yang berkenaan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya dengan objek ancaman yang tidak begitu jelas. Kecemasan dengan intensitas yang wajar dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya sangat kuat dan bersifat negatif justru malah akan menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu terhadap keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan.

Adalah Sigmund Freud, sang pelopor Psikoanalisis yang banyak mengkaji tentang kecemasan ini. Dalam kerangka teorinya, kecemasan dipandang sebagai komponen utama dan memegang peranan penting dalam dinamika kepribadian seorang individu.

Freud (Calvin S. Hall, 1993) membagi kecemasan ke dalam tiga tipe:

1. Kecemasan realistik yaitu rasa takut terhadap ancaman atau bahaya-bahaya nyata yang ada di dunia luar atau lingkungannya.

2. Kecemasan neurotik adalah rasa takut jangan-jangan insting-insting (dorongan Id) akan lepas dari kendali dan menyebabkan dia berbuat sesuatu yang bisa membuatnya dihukum. Kecemasan neurotik bukanlah ketakutan terhadap insting-insting itu sendiri, melainkan ketakutan terhadap hukuman yang akan menimpanya jika suatu insting dilepaskan. Kecemasan neurotik berkembang berdasarkan pengalaman yang diperolehnya pada masa kanak-kanak, terkait dengan hukuman dan ancaman dari orang tua maupun orang lain yang mempunyai otoritas, jika dia melakukan perbuatan impulsif.

3. Kecemasan moral yaitu rasa takut terhadap suara hati (super ego). Orang-orang yang memiliki super ego yang baik cenderung merasa bersalah atau malu jika mereka berbuat atau berfikir sesuatu yang bertentangan dengan moral. Sama halnya dengan kecemasan neurotik, kecemasan moral juga berkembang berdasarkan pengalaman yang diperolehnya pada masa kanak-kanak, terkait dengan hukuman dan ancaman dari orang tua maupun orang lain yang mempunyai otoritas jika dia melakukan perbuatan yang melanggar norma

Selanjutnya, dikemukakan pula bahwa kecemasan yang tidak dapat ditanggulangi dengan tindakan-tindakan yang efektif disebut traumatik, yang akan menjadikan seseorang merasa tak berdaya, dan serba kekanak-kanakan. Apabila ego tidak dapat menanggulangi kecemasan dengan cara-cara rasional, maka ia akan kembali pada cara-cara yang tidak realistik yang dikenal istilah mekanisme pertahanan diri (self defense mechanism), seperti: represi, proyeksi, pembentukan reaksi, fiksasi dan regresi. Semua bentuk mekanisme pertahanan diri tersebut memiliki ciri-ciri umum yaitu: (1) mereka menyangkal, memalsukan atau mendistorsikan kenyataan dan (2) mereka bekerja atau berbuat secara tak sadar sehingga tidak tahu apa yang sedang terjadi.

Kecemasan dapat dialami siapapun dan di mana pun, termasuk juga oleh para siswa di sekolah. Kecemasan yang dialami siswa di sekolah bisa berbentuk kecemasan realistik, neurotik atau kecemasan moral. Karena kecemasan merupakan proses psikis yang sifatnya tidak tampak ke permukaan maka untuk menentukan apakah seseorang siwa mengalami kecemasan atau tidak, diperlukan penelaahan yang seksama, dengan berusaha mengenali simptom atau gejala-gejalanya, beserta faktor-faktor yang melatarbelangi dan mempengaruhinya. Kendati demikian, perlu dicatat bahwa gejala-gejala kecemasan yang bisa diamati di permukaan hanyalah sebagian kecil saja dari masalah yang sesungguhnya, ibarat gunung es di lautan, yang apabila diselami lebih dalam mungkin akan ditemukan persoalan-persoalan yang jauh lebih kompleks.

Di sekolah, banyak faktor-faktor pemicu timbulnya kecemasan pada diri siswa. Target kurikulum yang terlalu tinggi, iklim pembelajaran yang tidak kondusif, pemberian tugas yang sangat padat, serta sistem penilaian ketat dan kurang adil dapat menjadi faktor penyebab timbulnya kecemasan yang bersumber dari faktor kurikulum. Begitu juga, sikap dan perlakuan guru yang kurang bersahabat, galak, judes dan kurang kompeten merupakan sumber penyebab timbulnya kecemasan pada diri siswa yang bersumber dari faktor guru. Penerapan disiplin sekolah yang ketat dan lebih mengedepankan hukuman, iklim sekolah yang kurang nyaman, serta sarana dan pra sarana belajar yang sangat terbatas juga merupakan faktor-faktor pemicu terbentuknya kecemasan pada siswa.yang bersumber dari faktor manajemen sekolah.

Menurut Sieber e.al. (1977) kecemasan dianggap sebagai salah satu faktor penghambat dalam belajar yang dapat mengganggu kinerja fungsi-fungsi kognitif seseorang, seperti dalam berkonsentrasi, mengingat, pembentukan konsep dan pemecahan masalah. Pada tingkat kronis dan akut, gejala kecemasan dapat berbentuk gangguan fisik (somatik), seperti: gangguan pada saluran pencernaan, sering buang air, sakit kepala, gangguan jantung, sesak di dada, gemetaran bahkan pingsan.

Mengingat dampak negatifnya terhadap pencapaian prestasi belajar dan kesehatan fisik atau mental siswa, maka perlu ada upaya-upaya tertentu untuk mencegah dan mengurangi kecemasan siswa di sekolah, diantaranya dapat dilakukan melalui:

1. Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran dapat menyenangkan apabila bertolak dari potensi, minat dan kebutuhan siswa. Oleh karena itu, strategi pembelajaran yang digunakan hendaknya berpusat pada siswa, yang memungkinkan siswa untuk dapat mengkspresikan diri dan dapat mengambil peran aktif dalam proses pembelajarannya.

2. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung guru seyogyanya dapat mengembangkan ?sense of humor? dirinya maupun para siswanya. Kendati demikian, lelucon atau ?joke? yang dilontarkan tetap harus berdasar pada etika dan tidak memojokkan siswa.

3. Melakukan kegiatan selingan melalui berbagai atraksi ?game? atau ?ice break? tertentu, terutama dilakukan pada saat suasana kelas sedang tidak kondusif.. Dalam hal ini, keterampilan guru dalam mengembangkan dinamika kelompok tampaknya sangat diperlukan.

4. Sewaktu-waktu ajaklah siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran di luar kelas, sehingga dalam proses pembelajaran tidak selamanya siswa harus terkurung di dalam kelas.

5. Memberikan materi dan tugas-tugas akademik dengan tingkat kesulitan yang moderat. Dalam arti, tidak terlalu mudah karena akan menyebabkan siswa menjadi cepat bosan dan kurang tertantang, tetapi tidak juga terlalu sulit yang dapat menyebabkan siswa frustrasi.

6. Menggunakan pendekatan humanistik dalam pengelolaan kelas, dimana siswa dapat mengembangkan pola hubungan yang akrab, ramah, toleran, penuh kecintaan dan penghargaan, baik dengan guru maupun dengan sesama siswa. Sedapat mungkin guru menghindari penggunaan reinforcement negatif (hukuman) jika terjadi tindakan indisipliner pada siswanya.

7. Mengembangkan sistem penilaian yang menyenangkan, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penilaian diri (self assessment) atas tugas dan pekerjaan yang telah dilakukannya. Pada saat berlangsungnya pengujian, ciptakan situasi yang tidak mencekam, namun dengan tetap menjaga ketertiban dan objektivitas. Berikanlah umpan balik yang positif selama dan sesudah melaksanakan suatu asesmen atau pengujian.

8. Di hadapan siswa, guru akan dipersepsi sebagai sosok pemegang otoritas yang dapat memberikan hukuman. Oleh karena itu, guru seyogyanya berupaya untuk menanamkan kesan positif dalam diri siswa, dengan hadir sebagai sosok yang menyenangkan, ramah, cerdas, penuh empati dan dapat diteladani, bukan menjadi sumber ketakutan.

9. Pengembangan menajemen sekolah yang memungkinkan tersedianya sarana dan sarana pokok yang dibutuhkan untuk kepentingan pembelajaran siswa, seperti ketersediaan alat tulis, tempat duduk, ruangan kelas dan sebagainya. Di samping itu, ciptakanlah sekolah sebagai lingkungan yang nyaman dan terbebas dari berbagai gangguan, terapkan disiplin sekolah yang manusiawi serta hindari bentuk tindakan kekerasan fisik maupun psikis di sekolah, baik yang dilakukan oleh guru, teman maupun orang-orang yang berada di luar sekolah.

10. Mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Pelayanan bimbingan dan konseling dapat dijadikan sebagai kekuatan inti di sekolah guna mencegah dan mengatasi kecemasan siswa Dalam hal ini, ketersediaan konselor profesional di sekolah tampaknya menjadi mutlak adanya.

Melalui upaya ? upaya di atas diharapkan para siswa dapat terhindar dari berbagai bentuk kecemasan dan mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu yang sehat secara fisik maupun psikis, yang pada gilirannya dapat menunjukkan prestasi belajar yang unggul.

Sumber : www. akhmadsudrajat.wordpress.com

Artikel Lain :

Definisi Psikologi

Definisi Psikologi

Tuesday, July 14, 2009




Oleh : Tatang Somantri S.Pd.I

Psikologi
yang dalam istilah lama di sebut ilmu jiwa itu berasal dari kata bahasa Inggris psychology. Kata psychology merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa Greek (Yunani), yaitu: (1) psyche yang berarti jiwa; (2) logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi adalah ilmu jiwa atau bisa di sebut ilmu yang mempelajari kejiwaan.

Psikologi pada mulanya di gunakan para ilmuwan dan para filosof untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam memahami akal pikiran dan tingkah laku aneka ragam makhluk hidup mulai dari yang primitive sampai yang modern. Namun ternyata tidak cocok, lantaran menurut para ilmuwan dan filosof, pisikologi memiliki batasan-batasan tertentu yang berada di luar kaedah keilmuan dan etika falsafi. Kidah saintifik dan patokan etika filosofi ini tak dapat di bebankan begitu saja sebagai muatan psikologi (Rebek, 1988)

Karena kontak dengan di siplin itulah, maka maka timbul berbagi macam defenesi psikologi yang stu sama lain berbeda, Seperti :
  1. Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental (the science of mental life)
  2. Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran (the science of mind)
  3. Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku (the science of behavior); dan lain-lain defenisi yang sangat tergantung pada sudut pandang yang mendefenisikannya
Namun secara lebih spesifik (khusus), psikologi lebih banyak di kaitkan dengan kehidupan organisme manusia. Dalam hubungan ini psikologi di defenisikan sebagi ilmu pengetahuan yang berusah memehami prilaku manusia, alasan dan cara mereka melakukan sesuatu, dan juga memahami bagimana makhluk tersebut berpikir dan berperasaan (Gleitman, 1986).

Bruno (1987), membagi pengertian psikologi dalam tiga bagian yang pada perinsipnya saling berhubungan. Pertama, psikologi adalah studi (penyelidikan) mengenai “ruh”. Kedua, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai ”kehidupan mental”, ketiga psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “ tingkah laku” organisme.

Chaplin (1972) dalam Dictionary of Psychology mendefinisikan psikologi sebagai “ …the science of humen and animal behavior, the study of the organism in all its variety and complexity as it responds to the flux and flow of the physical and social events which make up the environment. (Psikologi ialah ilmu pengetahuan mengenai prilaku manusia dan hewan, juga penyelidikan terhadap organisme dalam segala ragam kerumitannya ketika bereaksi arus dan perubahan alam sekitar dan peristiwa-peristiwa kemasyarakan yang mengubah lingkungan). Sementara itu, Edwin G. Boring dan Herbert S. Langfeld seperti yang di kutip Sarwono (1976) mendefinisikan psikologi jauh lebih sederhana daripada defenisi di atas, yakni psikologi ialah studi tentang hakikat manusia.

Selanjutnya, dalam Ensiklopedia Pendidikan, Poerbakawatja dan Harahap (1981) membatasi arti psikologi sebagai “Cabang ilmu pengetahuan yang mengadakan penyelidikan atas gejala-gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa tersebut meliputi respons organisme dan hubungannya dengan lingkungan.

Dalam defenisi-definisi di atas tampak jelas persamaan-persamaan di samping perbedaan pandangan para ahli. Namun terlepas dari perbedaan dan persamaan tersebut, pendapat yang lebih relevan (berkaitan dengan kepentingan) untuk di pedomani sehubungan dengan topik-topik pembahasan dalam buku ini adalah pendapat Gleitman dan Boring dam Lengfeld. Pendapat itu juga disamping tidak berbelit-belit juga hanya menitik beratkan pada kepantingan organisme manusia.

Pendapat-pendapat itu sesuai dengan kenyataan yang anda selama ini, yakni para ahli pada umumnya lebih banyak menekankan penyelidikan terhadap tingkah laku manusia yang bersifat jasmaniah (aspek psikomotor) maupun yang bersifat rohaniah (aspek kognitif dan apektif). Tingkah laku psikomotor (ranah kersa) bersifat terbuka. Tingkah laku terbuka meliputi perbuatan berbicara, duduk, berjalan, dan seterusnya. Sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berpikir, berkeyakinan, berperasaan dan seterusnya.

Alhasil, secara singkat dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa psikologi adalah “ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan membahas tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Lingkungan dalam hal ini meliputi semua orang, barang, keadaan dan kejadian yang ada di sekitar manusia”

Sumber : www.pendidikankita.com

Artikel Lain :

Hakekat Mental

Hakekat Mental

Saturday, July 4, 2009



1. Pengertian Mental

Mental berasal dari kata latin yaitu mens, mentis yang artinya: jiwa, nyawa, sukma, roh, semangat (Kartini Kartono, 1987:3). Sedangkan dalam kamus psikologi Kartini Kartono, (1987:278) mengemukakan:

Mental adalah yang berkenaan dengan jiwa, batin ruhaniah. Dalam pengertian aslinya menyinggung masalah: pikiran, akal atau ingatan. Sedangkan sekarang ini digunakan untuk menunjukkan penyesuaian organisme terhadap lingkungan dan secara khusus menunjuk penyesuaian yang mencakup fungsi-fungsi simbolis yang disadari oleh individu.

Pengertian mental dalam kamus besar bahasa Indonesia, (1991:647) adalah“Berkenaan dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan atau tenaga, Bukan bersifat badan atau tenaga: bukan hanya pembangunan fisik yang diperhatikan melainkan juga pembangunan batin dan watak”.

Mental secara istilah dapat diartikan dengan “semangat jiwa yang tegar, yang aktif, yang mempengaruhi perilaku hidup dan kehidupan manusia” (Mawardi Labay El- Sulthani,2001:2).

Melihat dari pernyataan diatas, maka mental bisa diartikan sesuatu yang berada dalam tubuh (fisik) manusia yang dapat memepengaruhi perilaku, watak dan sifat manusia di dalam kehidupan pribadi dan lingkungannya.

2. Ruang Lingkup Mental

Dalam Agama Islam keterpisahan antara ilmu pengetahuan dan masalah agama tidaklah terjadi. Agama dan ilmu pengetahuan adalah dua hal yang berjalan seiringan dan tidak terpisahkan. Oleh karena itu bagi seorang Muslim untuk membuat pemisahan antara pendekatan psikologi dan agama itu tidak mungkin, karena kajian manusia banyak disebut-sebut dalam Al- Quran.
Djamaludin Ancok mengemukakan :

Kajian tentang diri manusia banyak disebut-sebut Allah SWT dalam Al- Quran Antara lain “kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri” (QS.41:45). Ayat ini mengisyaratkan bahwa di alam semesta maupun dalam diri manusia terdapat suatu yang menunjukkan adanya tanda-tanda kekuasaan Allah. Yang dimaksud dengan “sesuatu” di sana adalah rahasia-rahasia tentang keadaan alam dan keadaan manusia (Djamaludin Ancok, 2001:148).

Kalau dikaji lebih jauh ayat-ayat Al-Quran dapat ditangkap bahwa manusia menenmpati posisi penting, seperti yang tertera dalam Al-Quran yang diturunkan kepada Rasulullah berbicara tentang manusia “Khalaqol insaana min’alaq”. Dapat diperhatikan dengan cermat, ada salah satu yang berkenaan dengan manusia yaitu jiwa.

Sedangkan dalam kajian psikologi masa kini ruang lingkup jiwa (mental) berkisar pada: tri- dimensionaraga (organo-biologi): jiwa (psiko-edukasi), dan lingkungan sosial budaya (sosio- kultural) sebagai penentuan utama perilaku dan kepribadian manusia. Dalam hal ini unsur raga semata bukan merupakan bidang kajian mental, melainkan termasuk bidang kajian bologi dan ilmu kedokteran demikian pula unsur lingkungan sosial budaya “an sich” tidak termasuk lahan mental tetapi bidang cakupan sosiologi dan antropologi. Tetapi sejauh kedua unsur ini berkaitan dengan pengalaman (kejiwaan) manusia, maka sudah tentu psikologi dapat dilibatkan.

Dengan demikian ruang lingkup psikologi secara garis besar adalah bidang-bidang psiko-biologi, psiko-ekstensial, dan psiko-sosial (budaya) dengan segala kemajemukannya (Hanna Djumhana Bastaman, 2001:148).

Sedangkan yang dimaksud dalam penelitian ini hanya berkisar pada organo- biologi (psiko-biologi) dan psiko-edukasi (jiwa).

3. Aspek-Aspek Mental

Manusia adalah makhluk yang pada dasarnya baik dan selalu ingin

Kembali padakebenaran yang sejati, karena pada diri manusia mempunyai

Aspek-aspek jiwa yang bisa mempengaruhi segala sikap dan tingkah laku manusia. Bertolak dari pernyataan maka aspek-aspek manusia dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Kartini Kartono (2000:6) mengemukakan bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia adalah keinginan, tindakan, tujuan, usaha-usaha, dan perasaan

b. Zakiah Darajat (1990:32) berpendapat bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia adlah kehendak, sikap, dan tindakan.

c. Mawardi Labay El- Shuthani (2001:3) memnadang bahw aspek mental yang ada dalam diri manusia adalah segala sesuatu yang menentukan sifat dan karakter manusia.

d. IbnuSina (1996:116) berpendapt bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia adalah kesadaran diri, amarah, dan keinginan.

e. Al Ghazali (1989:7)mengemukakan bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia adalah yang merasa, yang mengetahui dan yang mengenal.

f. Hanna Djuhamham Bastaman (2001:64) memandang bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia adalah berpikir, berkehendak, merasa, dan berangan-angan.

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa aspek mental yang ad pad diri manusia adalah aspek-aspek yang dapat menentukan sifat dan karakteristik manusia itu sendiri. Perbuatan dan tingkah laku manusia sangat ditentukan oleh keadaan jiwanya yang merupaka motor penggerak suatu perbuatan. Oleh sebab itu aspek-aspek mental tersebut bisa manusia kendalikan melalui proses pendidikan.

Sumber : www.pendidikankita.com

Artikel Lain :

Pendidikan Mental

Pendidikan Mental

Tuesday, June 30, 2009



Justify Full1. Pengartian Pendidikan Mental

Pendidikan berasal dari kata "didik", Lalu kata ini mendapat awalan kata "me" sehingga menjadi "mendidik" artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran (Kamus Bahasa Indonesia, 1991:232).

Selanjutnya pengertian "pendidikan" adalah proses perubahan sikap dan tatalaku sseorang atau kelompok orang dalam mendewasakn manusia, seperti yang tertera dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, No.2 tahun 1989. "Pendidikan" adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan mental dalam penelitian ini adalah suatu usaha sadar yang dilakukan untuk memelihara, melatih, membimbing, dan mengarahkan batin dan watak manusia (mental) yang lebih baik supaya menjadi manusia seutuhnya. Artinya sosok manusia yang mempunyai kekuatan baik fisik maupun psikis dan mampu mengadakan perubahan-perubahan dalam tingkah laku dan sikap dimasa yang akan dating di dalam lingkungannya. Melihat dari pernyataan di atas tidak terpaku pada pendidikan di luar sekolah, salah satunya pendidikan mental lewat seni beladiri sebagaimana yang didefinisikan oleh PB. IPSI bersama Bakin. (Pepdikbud, 1985:46). Seni beladiri adalah basis budaya manusia Indonesia untuk membela eksistensi (kemandirian) dan integritas (kemanunggalan) terhadap lingkungan hidup guna meningkatkan hidup guna meningktakan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Sebagaimana yang tertera dalam Undang-Undang NO.2 Tahun 1989 Tentang sistem Penidikan Nasional BAB II Pasal 4.

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan.

2. Metode Pendidikan Mental

Metode adalah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian "cara tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu" (Ahmad Tafsir,1996:9), sehingga metode pendidikan mental dapat diartikan yaitu suatu cara tepat dan cepat dalam melakukan latihan, bimbingan, pemeliharaan batin dan watak manusia (mental).

Mawardi Labay El-Sulthani (2001:24) mengemukakan perkembangan mental akan mejadi mental yang baik atau mental yang jelek, tergantung alam ligkungan atau pendidikan yang akan mempengaruhinya. Bertolak dari pernyataan di atas pendidikan mental sangat penting bagi manusia supaya memiliki mental yang kuat, dengan cara yang tepat dan cepat secara bertahap.

A. Mawardi Labay El-Sulthan (2001:5) mengemukakan dalam bukunya yang berjudul Mental Yang Kuat Untuk Sukses Dan Selamat bahwa pembinaan mental yang baik yaitu dengan menanamkan Iman dan Taqwa.

B. Zakiah Darajat (1990:90) mengemukakan dalam bukunya yang berjudul Agama dan Kesehatan Mental bahwa pembinaan mental yang baik yaitu dengan cara mengambil nilai-nilai yang ada pada lingkungan terutama lingkungan keluarga sendiri yaitu nilai-nilai agama moral dan social.

C. Abu Ahmadi (1998:58) mengutarakan pembinaan mental yang baik yaitu dengan cara:

1) Mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri manusia.
2) Memberikan pencerahan batin dengan memberi kemampuan melihat rangkaian problem yang sedang dihadapi.
3) Membangkitkan semangat persatuan dan kesatuan dalam kehidupan.

D. Balnadi Sutadipura 1985:37) mengemukakan dalam bukunya yang berjudul Kompetensi Guru Dan Kesehatan Mental pembinaan mental itu dengan cara:

1) Menanamkan nomos (aturan) pada diri manusia
2) Menanamkan rasa tanggung jawab
3) Menanamkan rasionalitas dan common sense (merasa ingin diakui)
4) Menanamkan disiplin

E. Robert peek dalam buku Kompetensi Guru Dan Kesehatan Mental karangan Balnadi Sutadipura, mengemukakan untuk menanamkan mental yang baik adalah dengan cara menanamkan :

1) Initiative, inisiatif atau alpukah yaitu tidak mudah terpengaruh.
2) Self-directing, sifat untuk berani menetapkan arahan hidup atau perbuatan yang diyakininya.
3) Emosional Maruting ialah kedewasaan emosi: kemampuan untuk melakukan reaksi terhadap yang dialaminya, dilihatnya, didengarnya, dirasakan, dibacanya, dan tidak mudah terpengaruh secara berlebihan.
4) Self- Realzing drive: suatu kemampuan untuk atas kemampuan sendiri adalah melakukan segala sesuatu dengan mengerahkan kemampuan yang ada padanya.
5) Self- acceptance: sikap yang tidak menimbulkan penyesalannya atas kehdiran di dunia ini.
6) Resfect for other: menaruh rasa hormat terhadap orang lain.

F. Singgih D. Gunarsa (1996:104) dalam psikologi olahraga mengemukakan bahwa dalam pendidikan mental yang harus dididik antara lain:

1) Adanya penanaman pengendalian emosi dengan cara:
(a) Adanya keterbukaan antara pelatih dan anggotanya.
(b) Latihan simulasi untuk membiasakan (condifioning) atau pendidikan, ialah usaha untuk membiasakan diri dan supaya tidak asing dengan segala yang akan dihadapinya.
(c) Latihan menghilangkan atau mengurangi kepekan (desintiuitication). Latihan yang diarahkan agar tidak mudah tergoncang jiwanya karena memikirkan sesuatu perkara yang buruk.
(d) Latihan relaksasi progesif (progesive relaxation training) untuk mengurangi ketegangan melalui peregangan atau pelemasan otot sehingga tercipta suasana yang lebih tenang.
(e) Latihan autosuggestion, centring adalah latihan untuk memusatkan perhatian terhadap kehidupan yang sedang dihadapinya dan menyingkirkan pikiran-pikiran yang mengganggu (menyerupai meditasi).

2) Memberi motivasi dengan cara
(a) Menanamkan nilai-nilai kepuasan tersendiri dalam melakukan sesuatu.
(b) Memberi dorongan kepercayaan diri dengan meyakinkan kemampuannya yang telah terpupuk dari dulu melalui usaha latihan yang telah dilakukan.

3) Memberi latihan aspek kognisi dengan cara:
(a) Seseorang harus bisa memusatkan perhatian pada sesuatu yang sedang dihadapinya dan mencari jaln keluarnya sendiri.
(b) Memberi gambaran suatu kesalahan-kesalahan atau kelemahan orang lain yang harus diperbaiki dan harus dipelajari timbulnya kesalahan.

Dalam Buku Dasar-Dasar Respons Relaksasi Karangan Herbert Benson Dan William Procror mengemukakan pembinaan mental yang baik adalah:

G. B.F Skiner (2000:93) mengemukakan pendidikan mental dilakukan dengan cara adanya suatu usaha perubahan lingkungan sehingga dapat mengendalikan perilaku, dengan memberikan suatu dorongan atau memberikan sesuatu ( hadiah)

H. Neil E. Miller (2000:94) mengemukakan pendapatnya bahwa pendidikan mental dilakukan dengan cara pengendalian proses tubuh bawah sadar melalui proses Biofedback meliputi pemberian hadiah dan hukuman.

I. Yogi Maharishi Mahesha (2000:101) memaparkan bahwa pendidikan mental dilakukan dengan bermeditasi (Transcendental Meditation).

J. H.H. Shult seorang ahli syaraf Jerman (2000:113) mengamukakan pendidikan mental dilakukan dengan pelatihan autogenik yaitu salah satu teknik terapi medis yang didasarkan pada pelatihan mental, sehingga orang yang bersangkutan mampu secara sadar mengantarkan dirinya ke dalam keadaan yang kurang stabil atau disebut keadaan Trofo Trofis Hess dengan cara:

1) Memusatkan satu perasaan terhadap beban yang sedang dialaminya.
2) Sensasi (kesan) hangat dianggota badan.
3) Mangatur detak jantung.
4) Konsentrasi pasif pada pernafasan.
5) Mengupayakan kesejukan pikiran.

Pendapat para pakar di atsa menunjukkan keselarasan dalam membentuk mental yang sehat dan kuat menurut para pakar pendidikan dapat penulis rumuskan menjadi beberapa aspek antara lain sebagai berikut :

1. Pembinaan mental melalui agama.
2. Pembinaan mental melalui pribadi.
3. Pembinaan mental melalui lingkungan.

Pembinaan mental melalui agama yaitu dengan cara menanamkan keimanan dan ketakwaan, pembinaan mental melalui pribadi dengan cara mengendalikan emosi, motivasi, berfikir positif, dan mengembangkan potensi diri, sedangkan pembinaan mental melalui lingkungan dengan cara memahami situasi keadaan masyarakat, mengambil nilai-nilai positif dalam keluarga dan masyarakat,dari ketiga aspek itu adanya keterkaitan antara yang satu dan yang lainnya sehingga apabila yang satu tidak terpenuhi maka yang lainnya juga tidak akan maksimal.

Sumber : www.pendidikankita.com

30 kiat mendidik anak

Friday, June 26, 2009



Anak merupakan amanah yang harus kita jaga sebaik mungkin. Pendidikan yang baik sejak dini akan membentuk karakter anak.Berikut ini adalah beberapa kiat untuk mendidik anak

30 KIAT MENDIDIK ANAK

Apabila telah tampak tanda-tanda tamyiz pada seorang anak, maka selayaknya dia mendapatkan perhatian sesrius dan pengawasan yang cukup. Sesungguhnya hatinya bagaikan bening mutiara yang siap menerima segala sesuatu yang mewarnainya. Jika dibiasakan dengan hal-hal yang baik, maka ia akan berkembang dengan kebaikan, sehingga orang tua dan pendidiknya ikut serta memperoleh pahala. Sebaliknya, jika ia dibiasakan dengan hal-hal buruk, maka ia akan tumbuh dengan keburukan itu. Maka orang tua dan pedidiknya juga ikut memikul dosa karenanya.

Oleh karena itu, tidak selayaknya orang tua dan pendidik melalaikan tanggung jawab yang besar ini dengan melalaikan pendidikan yang baik dan penanaman adab yang baik terhadapnya sebagai bagian dari haknya.

Di antara adab-adab dan kiat dalam mendidik anak adalah sebagai
berikut:

1. Hendaknya anak dididik agar makan dengan tangan kanan, membaca basmalah, memulai dengan yang paling dekat dengannya dan tidak mendahului makan sebelum yang lainnya (yang lebih tua, red). Kemudian cegahlah ia dari memandangi makanan dan orang yang sedang
makan.

2. Perintahkan ia agar tidak tergesa-gesa dalam makan. Hendaknya mengunyahnya dengan baik dan jangan memasukkan makanan ke dalam mulut sebelum habis yang di mulut. Suruh ia agar berhati-hati dan jangan sampai mengotori pakaian.

3. Hendaknya dilatih untuk tidak bermewah-mewah dalam makan (harus pakai lauk ikan, daging dan lain-lain) supaya tidak menimbulkan kesan bahwa makan harus dengannya. Juga diajari agar tidak terlalu banyak makan dan memberi pujian kepada anak yang demikian. Hal ini
untuk mencegah dari kebiasaan buruk, yaitu hanya memen-tingkan perut saja.

4. Ditanamkan kepadanya agar mendahulukan orang lain dalam hal makanan dan dilatih dengan makanan sederhana, sehingga tidak terlalu cinta dengan yang enak-enak yang pada akhirnya akan sulit bagi dia melepaskannya.

5. Sangat disukai jika ia memakai pakaian berwarna putih, bukan warna-warni dan bukan dari sutera. Dan ditegaskan bahwa sutera itu hanya untuk kaumwanita.

6. Jika ada anak laki-laki lain memakai sutera, maka hendaknya mengingkarinya. Demikian juga jika dia isbal (menjulurkan pakaiannya hingga melebihi mata kaki). Jangan sampai mereka terbiasa dengan hal-hal ini.

7. Selayaknya anak dijaga dari bergaul dengan anak-anak yang biasa bermegah-megahan dan bersikap angkuh. Jika hal ini dibiarkan maka bisa jadi ketika dewasa ia akan berakhlak demikian. Pergaulan yang jelek akan berpengaruh bagi anak. Bisa jadi setelah dewasa ia memiliki akhlak buruk, seperti: Suka berdusta, mengadu domba, keras kepala, merasa hebat dan lain-lain, sebagai akibat pergaulan yang salah di masa kecilnya. Yang demikian ini, dapat dicegah dengan memberikan pendidikan adab yang baik sedini mungkin kepada mereka.

8. Harus ditanamkan rasa cinta untuk membaca al Qur’an dan buku-buku, terutama di perpustakaan. Membaca al Qur’an dengan tafsirnya, hadits-hadits Nabi n dan juga pelajaran fikih dan lain-lain. Dia juga harus dibiasakan menghafal nasihat-nasihat yang baik, sejarah orang-orang shalih dan kaum zuhud, mengasah jiwanya agar senantiasa mencintai dan menela-dani mereka.

Dia juga harus diberitahu tentang buku dan faham Asy’ariyah, Mu’tazilah, Rafidhah dan juga kelompok-kelompok bid’ah lainnya agar tidak terjerumus ke dalamnya. Demikian pula aliran-aliran sesat yang banyak ber-kembang di daerah sekitar, sesuai dengan tingkat
kemampuan anak.

9. Dia harus dijauhkan dari syair-syair cinta gombal dan hanya sekedar menuruti hawa nafsu, karena hal ini dapat merusak hati dan jiwa.

10. Biasakan ia untuk menulis indah (khath) dan mengahafal syair-syair tentang kezuhudan dan akhlak mulia. Itu semua menunjukkan kesempurnaan sifat dan merupakan hiasan yang indah.

11. Jika anak melakukan perbuatan terpuji dan akhlak mulia jangan segan-segan memujinya atau memberi penghargaan yang dapat membahagia-kannya. Jika suatu kali melakukan kesalahan, hendaknya jangan disebar-kan di hadapan orang lain sambil dinasihati bahwa apa yang dilakukannya tidak baik.

12. Jika ia mengulangi perbuatan buruk itu, maka hendaknya dimarahi di tempat yang terpisah dan tunjukkan tingkat kesalahannya. Katakan kepadanya jika terus melakukan itu, maka orang-orang akan membenci dan meremehkannya. Namun jangan terlalu sering atau mudah memarahi, sebab yang demikian akan menjadikannya kebal dan tidak terpengaruh lagi dengan kemarahan.

13. Seorang ayah hendaknya menjaga kewibawaan dalam ber-komunikasi dengan anak. Jangan menjelek-jelekkan atau bicara kasar, kecuali pada saat tertentu. Sedangkan seorang ibu hendaknya menciptakan perasaan hormat dan segan terhadap ayah dan memperingatkan anak-anak bahwa jika berbuat buruk maka akan mendapat ancaman dan kemarahan
dari ayah.

14. Hendaknya dicegah dari tidur di siang hari karena menyebabkan rasa malas (kecuali benar-benar perlu). Sebaliknya, di malam hari jika sudah ingin tidur, maka biarkan ia tidur (jangan paksakan dengan aktivitas tertentu, red) sebab dapat menimbulkan kebosanan dan melemahnya kondisi badan.

15. Jangan sediakan untuknya tempat tidur yang mewah dan empuk karena mengakibatkan badan menjadi terlena dan hanyut dalam kenikmatan. Ini dapat mengakibatkan sendi-sendi menjadi kaku karena terlalu lama tidur dan kurang gerak.

16. Jangan dibiasakan melakukan sesuatu dengan sembunyi-sembunyi, sebab ketika ia melakukannya, tidak lain karena adanya keyakinan bahwa itu tidak baik.

17. Biasakan agar anak melakukan olah raga atau gerak badan di waktu pagi agar tidak timbul rasa malas. Jika memiliki ketrampilan memanah (atau menembak, red), menunggang kuda, berenang, maka tidak mengapa menyi-bukkan diri dengan kegiatan itu.

18. Jangan biarkan anak terbiasa melotot, tergesa-gesa dan bertolak (berkacak) pinggang seperti perbuatan orang yang membangggakan diri.

19. Melarangnya dari membangga-kan apa yang dimiliki orang tuanya, pakaian atau makanannya di hadapan teman sepermainan. Biasakan ia ber-sikap tawadhu’, lemah lembut dan menghormati temannya.

20. Tumbuhkan pada anak (terutama laki-laki) agar tidak terlalu mencintai emas dan perak serta tamak terhadap keduanya. Tanamkan rasa takut akan bahaya mencintai emas dan perak secara berlebihan, melebihi rasa takut terhadap ular atau kalajengking.

21. Cegahlah ia dari mengambil sesuatu milik temannya, baik dari keluarga terpandang (kaya), sebab itu merupakan cela, kehinaan dan menurunkan wibawa, maupun dari yang fakir, sebab itu adalah sikap tamak atau rakus. Sebaliknya, ajarkan ia untuk memberi karena itu adalah perbuatan mulia dan terhormat.

22. Jauhkan dia dari kebiasaan meludah di tengah majlis atau tempat umum, membuang ingus ketika ada orang lain, membelakangi sesama muslim dan banyak menguap.

23. Ajari ia duduk di lantai dengan bertekuk lutut atau dengan menegakkan kaki kanan dan menghamparkan yang kiri atau duduk dengan memeluk kedua punggung kaki dengan posisi kedua lutut tegak. Demikian cara-cara duduk yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam.

24. Mencegahnya dari banyak berbicara, kecuali yang bermanfaat atau dzikir kepada Allah.

25. Cegahlah anak dari banyak bersumpah, baik sumpahnya benar atau dusta agar hal tersebut tidak menjadi kebiasaan.

26. Dia juga harus dicegah dari perkataan keji dan sia-sia seperti melaknat atau mencaci maki. Juga dicegah dari bergaul dengan orang-orang yang suka melakukan hal itu.

27. Anjurkanlah ia untuk memiliki jiwa pemberani dan sabar dalam kondisi sulit. Pujilah ia jika bersikap demikian, sebab pujian akan mendorongnya untuk membiasakan hal tersebut.

28. Sebaiknya anak diberi mainan atau hiburan yang positif untuk melepaskan kepenatan atau refreshing, setelah selesai belajar, membaca di perpustakaan atau melakukan kegiatan lain.

29. Jika anak telah mencapai usia tujuh tahun maka harus diperintahkan untuk shalat dan jangan sampai dibiarkan meninggalkanbersuci (wudhu) sebelumnya. Cegahlah ia dari berdusta dan berkhianat. Dan jika telah baligh, maka bebankan kepadanya perintah-perintah.

30. Biasakan anak-anak untuk bersikap taat kepada orang tua, guru, pengajar (ustadz) dan secara umum kepada yang usianya lebih tua. Ajarkan agar memandang mereka dengan penuh hormat. Dan sebisa mungkin dicegah dari bermain-main di sisi mereka (mengganggu mereka).

Demikian adab-adab yang berkaitan dengan pendidikan anak di masa tamyiz hingga masa-masa menjelang baligh. Uraian di atas adalah ditujukan bagi pendidikan anak laki-laki. Walau demikian, banyak di antara beberapa hal di atas, yang juga dapat diterapkan bagi pendidikan anak perempuan.

Wallahu a’lam.
ditulis oleh = Abdul Aziz.
Sumber : www.jilbab.or.id

Artikel Lain :

Kiat Mendidik Anak Menjadi Insan Mulia

Kiat Mendidik Anak Menjadi Insan Mulia

Wednesday, June 24, 2009




By: agussyafii

Satu malam datang seorang Ibu bersama suami tercintanya. Ibu ini bertanya pada saya bagaimana mendidik anak menjadi insan mulia. Saya katakan padanya, anak akan menjadi insan mulia jika anak diperlakukan dengan penuh kemuliaan.

Pendidikan yang memuliaan anak berarti meningkatkan kualitas spiritual pada diri anak. Maka perlu pendidikan spiritual bagi anak agar kelak mereka menjadi insan mulia.

Tidak ada yang mengingkari bahwa kualitas manusia itu diukur dari kualitas jiwanya, moralnya atau akhlaknya, meski masih pula terdapat kelompok manusia yang lebih menghargai dimensi jasmaninya. Kesehatan jasmani manusia tumbuh bersama gizi yang dikonsumsi sebagaimana kesehatan jiwa juga tumbuh bersama konsumsi rohaniah. Dalam perjalanan hidupnya manusia selalu berjumpa dengan konflik yang berkesinambungan; konflik antara dorongan instink, syahwat dan hawa nafsu dengan nilai-nilai akumulatif akidah, konflik antara kejujuran dengan kebohongan, antara kebaikan dengan kejahatan, antara egoisme dengan mementingkan orang lain (itsar).

Akal dapat berfikir, membantu manusia memecahkan masalah (problem solving), dan untuk meningkatkan kualitas akal (intelektualnya) dapat diupayakan melalui pendidikan yang bersifat kognitip. Hati atau kalbu (qalb), meski karakternya tidak konsisten, tetapi ia dapat membantu manusia memahami peristiwa yang rumit. Lebih dari itu manusia masih memiliki hati nurani yang konsisten menyuarakan kebenaran dan kejujuran. Meski demikian, tetap saja ada (bahkan
kebanyakan) manusia yang bodoh, tidak berperasaan dan nuraninya mati.

Dulu orang mengedepankan kecerdasan intelektual sebagai kunci kesuksesan. Belakangan orang menganggap peran kecerdasan intelektual (IQ) itu hanya 20 %, selebihnya oleh kecerdasan emosional (EQ). Terakhir orang lebih menengok kecerdasan Spiritual (SQ) sebagai penentu yang dominan. Ketika bangsa Indonesia terpuruk pada krisis yang memalukan seperti sekarang ini, orang menyalahkan sistem pendidikan nasional sebagai penyebab, yakni pendidikan yang terlalu mengedepankan aspek kognitif, mengabaikan aspek afektif. Jika krisis ekonomi dapat diperbaiki dalam waktu singkat, tidak demikian dengan krisis moral, apalagi jika krisis itu sudah mencapai keruntuhan moral bangsa. Mendidik moral manusia membutuhkan waktu yang panjang, konsistensi, konprehensif dan berkesinambungan. Masyarakat Indonesia dewasa ini sudah sangat mendesak kebutuhannya pada pendidikan spiritual.

Pendidikan adalah satu proses yang bertujuan membentuk pola perilaku; misalnya pendidikan kemiliteran, pendidikan kewiraswastaan, pendidikan agama. Proses itu biasanya membutuhkan peran seorang pendidik, tetapi manusia juga bisa mendidik diri sendiri setelah berjumpa dengan pengalaman yang mendidik.

Oleh karena itu pendidikan spiritual lebih menekankan pada pemberian kesempatan agar anak mengalami sendiri suatu pengalaman spiritual. Jika bercermin kepada perilaku Nabi Muhammad, maka nampaknya lembaga pendidikan spiritual yang dialami oleh Muhammad bertafakkur, mengasah nurani, menajamkan hati, dan mengelola emosi serta mengendalikan nafsu.

Dalam perspektif Islam, Pendidikan spiritual adalah proses tranformasi sistem nilai Qur’ani ke dalam potensi kejiwaan pada anak melalui perjuangan dan pelatihan jiwa (mujahadah) agar setiap kali merespon stimulus dalam kehidupan, jiwanya tunduk kepada nilai-nilai tersebut dengan tenang, senang dan yakin. Wujud mujahadah itu adalah zikir, puasa sunnat, sholat dhuha.

Maka anak yang telah memiliki kecerdasan spiritual disebut sebagai ‘arif atau min al ‘arifin, secara sosiologis sering disebut sebagai yang arif bijaksana. Ma‘rifat tidak menetap, melainkan sesaat-sesaat (sa‘atan sa‘atan), seperti disebut dalam hadis riwayat Hanzalah, tetapi pengaruhnya menghunjam dalam kejiwaan pada anak, mempengaruhi persepsi dan mewarnai perilaku. Kelak anak menjadi insan mulia. Insya Alloh.

Wassalam,
agussyafii
www.agussyafii.blogspot.com

Artikel Lain :

Kiat Mendidik Anak Agar Sholih/sholihah

Kiat Mendidik Anak agar Sholih/Sholihah

Monday, June 22, 2009




Written by abdullah

Adakah satu saja di dunia ini seseorang yang mau menolak dengan pemberian pahala dari Allah swt? Insya Allah semua manusia yang berakal sehat pasti akan menjawab “Tidak ada”. Setiap manusia di dunia ini tidak ada yang menolak untuk memperoleh pahala dari Allah swt. Dalam sebuah riwayat telah dikatakan bahwa ada tiga macam amal yang tidak akan pernah terputus pahalanya, yaitu shodaqoh jariah, anak yang sholih, dan ilmu yang bermanfaat.

Merujuk pada kandungan hadits di atas, satu poin yang cocok dengan tema adalah “anak yang sholih”. Coba anda bayangkan sejenak, bagaimanakah jadinya hari-hari anda, hidup anda, masa tua anda, bahkan nasib anda setelah meninggalkan dunia ini jika memiliki seorang anak yang bermoral bejat, durhaka kepada Allah dan orang tua. Na’udzubillah! Tentunya hari-hari dalam kehidupan keluarga anda akan jauh dari keharmonisan. Mungkin setiap hari anda akan berteriak-teriak, marah-marah, makan hati karena melihat tingkah laku anak anda yang suka berjudi, berkelahi, minum-minuman keras,pecandu narkoba, dan segala tingkah laku yang menyimpang dari syariat islam.

Insya Allah akan lain keadaan yang anda rasakan jika memiliki seorang anak yang sholih/sholihah. Yang hobi ke masjid untuk sholat berjamaah, rajin mengaji dan membantu orang tua, mengerti akan tugas-tugasnya sebagai seorang pelajar, rajin mendoakan kedua orang tuanya, dan tidak pernah menyakiti hati kedua ornag tuanya baik dengan sikap maupun tutur katanya. Kalau sudah begitu…siapa yang tidak mendambakan memiliki anak yang sholih/sholihah?

Dalam hal ini ada sebuah peribahasa yang mengatakan “Menuntut ilmu di masa muda bagai mengukir di atas batu, menuntut ilmu di masa tua bagai mengukir di atas air”.

Bila kita mengharapakan seorang akan yang sholih/sholihah, hendaknya semua itu dapat kita perjuangkan sejak dini. Beri ilmu pengetahuan dan pemahaman tentang agama islam kepada anak sejak dini. Karena, pada usia dini seorang anak laksana kertas putih yang belum bernoda setitikpun, sehingga akan mudah bagi kita untuk menulisinya dengan kalimat-kalimat islami dan Robbani di atasnya. Lain halnya jika kita baru mulai memberikan pendidikan di usianya yang sudah mulai dewasa, meskipun tidak menutup kemungkinan untuk berhasil, namun tentunya hal tersebut akan jauh lebih sulit dan hasilnyapun jauh lebih sedikit atau bahkan nihil. Hal ini terjadi karena pada usia yang telah dewasa, kertas putih tadi biasanya seudah penuh dengan titik-titik, garis-garis, bahkan kata dan kalimat yang beraneka bentuk, makna dan warna. Menulis di atas kertas yang sudah penuh dengan noda dan coretan tentunya akan sangat sulit daripada menulis di atas kertas putih yang masih polos. Kita akan dapat menulisi, menggambar, dan memberinya warna dengan mudah, sesuai dengan keinginan kita.

Untuk itu, langkah terbaik untuk menjadikan seorang anak menjadi sholih/sholihah hendaknya dilakukan sejak dini. Saat memorinya belum terkontaminasi dengan pengaruh-pengaruh negatif. Anda dapat mulai membiasakan beberapa hal berikut kepada diri dan anak anda sejak dini:

Bangunkan shubuh sejak balita

Bangun pada waktu shubuh adalah sebuah aktivitas yang sangat berat bagi orang-orang yang tidak biasa untuk melakukannya. Untuk itu, membiasakan membangunkan anak pada waktu shubuh sejak balita adalah langkah terbaik untuk menjadikannya sebagai sebagai sebuah kebiasaan.

Berikan lingkungang pergaulan dan pendidikan yang islami

Lingkungan dan pergaulan adalah salah satu faktor penting dalam pembentukan karakter seorang anak. Maka, dalam hal ini anda dapat memulainya dengan mengirimkan anak anda ke TPA (Taman Pendidikan Al Quran) atau mengikuti kursus-kursus islam di Masjid dan sebagainya.

Jangan egois!

Orang tua adalah teladan yang pertama bagi anaknya, maka jadilah teladan yang terbaik bagi anak anda. Jangan bersikap egois. Jangan hanya memerintahkan anak anda untuk mengaji atau pergi sholat berjamaah, sedangkan anda tidak melakukannya. Karena hal tersebut akan menimbulkan pembangkangan kepada anak, minimal secara kejiwaan.

Safari Masjid

Bawalah anak anda untuk melakukan safari masjid minimal sepekan sekali. Hal ini bertujuan untuk menanamkan rasa cinta terhadap masjid dan sholat berjamaah dihati anak.

Perkenalkan batasan aurat sejak dini

Umumnya, cara berpakaian kita saat ini adalah kebiasaan yang sudah kita bawa sejak kecil. Seorang anak dibiasakan menggunakan pakaian yang ketat, dibiasakan berpakaian tanpa jilbab, maka hal tersebut akan terbawa hingga remaja dan dewasa. Kebiasaan ini akan sangat sulit sekali untuk merubahnya. Dengan alasan gerah, panas, nggak nyaman, ribet, nggak gaul, nggak PD, dan dengan seribu alasan lainnya mereka akan menolak penggunaan pakaian yang menutup aurat.

Jika kita memperkenalkan batasan aurat kepada anak kita dan membiasakannya untuk menggunakan pakaian yang menutup aurat sejak dini, insya Allah keadaannya akan berbalik. Ia akan merasa berdosa, malu, nggak nyaman, bersalah, dan menolak untuk beralih ke pakaian-pakaian yang tidak menurut aurat. Ia akan berpikir seribu kali, bahkan tidak terpikir sekalipun dan sedikitpun untuk melakukannya.

Selalu membawa perlengkapan sholat

Ajarkan kepada anak untuk selalu membawa perlengkapan sholat kemanapun mereka pergi sekiranya akan melewati masuknya waktu sholat.

Meminimalisir mendengarkan musik-musik non islami

Minimalisir mendengarkan lagu-lagu non islami seperti lagu-lagu picisan, rock, barat, dan lain-lain. Maksimalkan membaca AL Quran berjamaah, mendengarkan kaset mu’rotal, mendengarkan kaset ceramah atau nasyid islam.

Buatlah jadwal nonton TV

Hendaknya, orang tua tidak membiasakan menonton acara TV bersama anak yang tidak mengandung unsur pendidikan kepada anak, misalnya sinetron, film horor, film-film cengeng (romantika), dan lain-lain.

Ajarkan nilai-nilai islam secara langsung

Ajarkan nilai-nilai islam yang anda kuasai secara langsung kepada anak anda sejak dini. Sampaikan dengan bahasa-bahasa yang menarik, misalnya melalui sebuah cerita.

Bacakan hadits Rasulullah saw dan ayat Al Quran

Bacakan hadits Rasulullah saw dan ayat Al Quran, sesuai dengan kadar kemampuan si anak. Hubungkan hadits dan ayat Al Quran ketika kita memberikan nasihat atau teguran mengenai perilakunya sehari-hari.

Jadilah sahabat setia baginya

Perkecil menunjukkan sikap menggurui kepada anak, bersikaplah sebagai seorang sahabat dekatnya. Jadilah tempat curhat yang nyaman, sehingga permasalahan anak tidak akan disampaikan kepada orang yang salah, yang akhirnya akan memberikan solusi yang salah pula.

Ciptakan nuansa kehangatan

Nuansa hangat dan harmonis dalam keluarga akan memberikan kenyamanan bagi seluruh anggotanya, termasuk anak. Hal ini akan memperkecil masuknya pengaruh buruk dari luar kepada anak. Ia tidak akan mencari tempat diluar sana yang ia anggap lebih nyaman dari pada di rumahnya sendiri.

Sampaikan dengan dengan bijak, sabar, dan tanpa bosan

Ingat! Yang sedang anda bentuk adalah makhluk bernyawa, bukan makhluk yang tidak bernyawa. Maka sampaikan semuanya dengan penuh kesabaran, kebijaksanaan, dan jangan pernah merasa bosan untuk mengulangnya. Jangan menggunakan kekerasan, dan hindari emosi yang akan membuat anak sakit hati

Demikian beberapa tips untuk membentuk anak yang taat (sholih/sholihah), semoga tips di atas dapat memberikan barokah bagi kita semua. Amin

“Maka berilah peringatan. Sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberikan peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka”. QS. Al Ghosyiyah : 21 - 22

Sumber : www.syahadat.com

Artikel Lain :

Pendidikan Mental

Pendidikan Mental

Friday, June 19, 2009




1. Pengartian Pendidikan Mental

Pendidikan berasal dari kata "didik", Lalu kata ini mendapat awalan kata "me" sehingga menjadi "mendidik" artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran (Kamus Bahasa Indonesia, 1991:232).

Selanjutnya pengertian "pendidikan" adalah proses perubahan sikap dan tatalaku sseorang atau kelompok orang dalam mendewasakn manusia, seperti yang tertera dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, No.2 tahun 1989. "Pendidikan" adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan mental dalam penelitian ini adalah suatu usaha sadar yang dilakukan untuk memelihara, melatih, membimbing, dan mengarahkan batin dan watak manusia (mental) yang lebih baik supaya menjadi manusia seutuhnya. Artinya sosok manusia yang mempunyai kekuatan baik fisik maupun psikis dan mampu mengadakan perubahan-perubahan dalam tingkah laku dan sikap dimasa yang akan dating di dalam lingkungannya. Melihat dari pernyataan di atas tidak terpaku pada pendidikan di luar sekolah, salah satunya pendidikan mental lewat seni beladiri sebagaimana yang didefinisikan oleh PB. IPSI bersama Bakin. (Pepdikbud, 1985:46). Seni beladiri adalah basis budaya manusia Indonesia untuk membela eksistensi (kemandirian) dan integritas (kemanunggalan) terhadap lingkungan hidup guna meningkatkan hidup guna meningktakan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Sebagaimana yang tertera dalam Undang-Undang NO.2 Tahun 1989 Tentang sistem Penidikan Nasional BAB II Pasal 4.

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan.

2. Metode Pendidikan Mental

Metode adalah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian "cara tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu" (Ahmad Tafsir,1996:9), sehingga metode pendidikan mental dapat diartikan yaitu suatu cara tepat dan cepat dalam melakukan latihan, bimbingan, pemeliharaan batin dan watak manusia (mental).

Mawardi Labay El-Sulthani (2001:24) mengemukakan perkembangan mental akan mejadi mental yang baik atau mental yang jelek, tergantung alam ligkungan atau pendidikan yang akan mempengaruhinya. Bertolak dari pernyataan di atas pendidikan mental sangat penting bagi manusia supaya memiliki mental yang kuat, dengan cara yang tepat dan cepat secara bertahap.

A. Mawardi Labay El-Sulthan (2001:5) mengemukakan dalam bukunya yang berjudul Mental Yang Kuat Untuk Sukses Dan Selamat bahwa pembinaan mental yang baik yaitu dengan menanamkan Iman dan Taqwa.

B. Zakiah Darajat (1990:90) mengemukakan dalam bukunya yang berjudul Agama dan Kesehatan Mental bahwa pembinaan mental yang baik yaitu dengan cara mengambil nilai-nilai yang ada pada lingkungan terutama lingkungan keluarga sendiri yaitu nilai-nilai agama moral dan social.

C. Abu Ahmadi (1998:58) mengutarakan pembinaan mental yang baik yaitu dengan cara:

1) Mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri manusia.
2) Memberikan pencerahan batin dengan memberi kemampuan melihat rangkaian problem yang sedang dihadapi.
3) Membangkitkan semangat persatuan dan kesatuan dalam kehidupan.

D. Balnadi Sutadipura 1985:37) mengemukakan dalam bukunya yang berjudul Kompetensi Guru Dan Kesehatan Mental pembinaan mental itu dengan cara:

1) Menanamkan nomos (aturan) pada diri manusia
2) Menanamkan rasa tanggung jawab
3) Menanamkan rasionalitas dan common sense (merasa ingin diakui)
4) Menanamkan disiplin

E. Robert peek dalam buku Kompetensi Guru Dan Kesehatan Mental karangan Balnadi Sutadipura, mengemukakan untuk menanamkan mental yang baik adalah dengan cara menanamkan :

1) Initiative, inisiatif atau alpukah yaitu tidak mudah terpengaruh.
2) Self-directing, sifat untuk berani menetapkan arahan hidup atau perbuatan yang diyakininya.
3) Emosional Maruting ialah kedewasaan emosi: kemampuan untuk melakukan reaksi terhadap yang dialaminya, dilihatnya, didengarnya, dirasakan, dibacanya, dan tidak mudah terpengaruh secara berlebihan.
4) Self- Realzing drive: suatu kemampuan untuk atas kemampuan sendiri adalah melakukan segala sesuatu dengan mengerahkan kemampuan yang ada padanya.
5) Self- acceptance: sikap yang tidak menimbulkan penyesalannya atas kehdiran di dunia ini.
6) Resfect for other: menaruh rasa hormat terhadap orang lain.

F. Singgih D. Gunarsa (1996:104) dalam psikologi olahraga mengemukakan bahwa dalam pendidikan mental yang harus dididik antara lain:

1) Adanya penanaman pengendalian emosi dengan cara:
(a) Adanya keterbukaan antara pelatih dan anggotanya.
(b) Latihan simulasi untuk membiasakan (condifioning) atau pendidikan, ialah usaha untuk membiasakan diri dan supaya tidak asing dengan segala yang akan dihadapinya.
(c) Latihan menghilangkan atau mengurangi kepekan (desintiuitication). Latihan yang diarahkan agar tidak mudah tergoncang jiwanya karena memikirkan sesuatu perkara yang buruk.
(d) Latihan relaksasi progesif (progesive relaxation training) untuk mengurangi ketegangan melalui peregangan atau pelemasan otot sehingga tercipta suasana yang lebih tenang.
(e) Latihan autosuggestion, centring adalah latihan untuk memusatkan perhatian terhadap kehidupan yang sedang dihadapinya dan menyingkirkan pikiran-pikiran yang mengganggu (menyerupai meditasi).

2) Memberi motivasi dengan cara
(a) Menanamkan nilai-nilai kepuasan tersendiri dalam melakukan sesuatu.
(b) Memberi dorongan kepercayaan diri dengan meyakinkan kemampuannya yang telah terpupuk dari dulu melalui usaha latihan yang telah dilakukan.

3) Memberi latihan aspek kognisi dengan cara:
(a) Seseorang harus bisa memusatkan perhatian pada sesuatu yang sedang dihadapinya dan mencari jaln keluarnya sendiri.
(b) Memberi gambaran suatu kesalahan-kesalahan atau kelemahan orang lain yang harus diperbaiki dan harus dipelajari timbulnya kesalahan.

Dalam Buku Dasar-Dasar Respons Relaksasi Karangan Herbert Benson Dan William Procror mengemukakan pembinaan mental yang baik adalah:

G. B.F Skiner (2000:93) mengemukakan pendidikan mental dilakukan dengan cara adanya suatu usaha perubahan lingkungan sehingga dapat mengendalikan perilaku, dengan memberikan suatu dorongan atau memberikan sesuatu ( hadiah)

H. Neil E. Miller (2000:94) mengemukakan pendapatnya bahwa pendidikan mental dilakukan dengan cara pengendalian proses tubuh bawah sadar melalui proses Biofedback meliputi pemberian hadiah dan hukuman.

I. Yogi Maharishi Mahesha (2000:101) memaparkan bahwa pendidikan mental dilakukan dengan bermeditasi (Transcendental Meditation).

J. H.H. Shult seorang ahli syaraf Jerman (2000:113) mengamukakan pendidikan mental dilakukan dengan pelatihan autogenik yaitu salah satu teknik terapi medis yang didasarkan pada pelatihan mental, sehingga orang yang bersangkutan mampu secara sadar mengantarkan dirinya ke dalam keadaan yang kurang stabil atau disebut keadaan Trofo Trofis Hess dengan cara:

1) Memusatkan satu perasaan terhadap beban yang sedang dialaminya.
2) Sensasi (kesan) hangat dianggota badan.
3) Mangatur detak jantung.
4) Konsentrasi pasif pada pernafasan.
5) Mengupayakan kesejukan pikiran.

Pendapat para pakar di atsa menunjukkan keselarasan dalam membentuk mental yang sehat dan kuat menurut para pakar pendidikan dapat penulis rumuskan menjadi beberapa aspek antara lain sebagai berikut :

1. Pembinaan mental melalui agama.
2. Pembinaan mental melalui pribadi.
3. Pembinaan mental melalui lingkungan.

Pembinaan mental melalui agama yaitu dengan cara menanamkan keimanan dan ketakwaan, pembinaan mental melalui pribadi dengan cara mengendalikan emosi, motivasi, berfikir positif, dan mengembangkan potensi diri, sedangkan pembinaan mental melalui lingkungan dengan cara memahami situasi keadaan masyarakat, mengambil nilai-nilai positif dalam keluarga dan masyarakat,dari ketiga aspek itu adanya keterkaitan antara yang satu dan yang lainnya sehingga apabila yang satu tidak terpenuhi maka yang lainnya juga tidak akan maksimal.

Sumber : www.pendidikankita.com

Artikel Lain :

Dapat Rangking 30 Belum Tentu Bodoh

Dapat Rangking 30 belum Tentu Bodoh



Ustazah Neno Warisman

SETIAP Minggu 2500 situs porno bertambah di internet, hal ini disebabkan karena situs porno merupakan komoditi yang paling menggiurkan yang dapat menghasilkan jutaan rupiah,sama halnya dengan pengusaha Narkoba. Parahnya, yang menjadi sasaran dari beredarnya situs-situs porno dan Narkoba itu adalah anak-anak yang berusia dibawah 15 tahun. Hal ini sebagaimana diungkapkan Ustazah Neno Warisman dalam talk show yang digelar oleh Al-Izzah di Aula Samu Siret Sabtu (19/05).

Indonesia sendiri kata Neno Warisman sudah menjadi produsen yang tidak bisa ditutup,kenapa demikian ? Ia pun tidak tahu jawabnya, karena seperti halnya dengan kasus Munir yang sampai saat ini tidak diketahui siap pembunuhnya.

Karenanya sesuai dengan thema dari kegiatan talk show tersebut yakni "Pengaruh Pola Asuh Orang Tua, Media Dan Elektronik Terhadap Perilaku Dan Potensi Anak", dalam talk show tersebut Neno Warisman pun memberikan arahan bagaimana cara mendidik anak yang baik sehingga tidak terpengaruh terhadap media elektronik seperti dari TV dan internet yang berdampak negatif terhadap perkembangan si anak.

"Jadi dalam mendidik si anak bukan hanya sang ibu saja yang dituntut perannya,tapi juga bagi sang ayah. Hanya sayangnya sampai saat ini belum ada 'Hari Ayah',"tandasnya.

Dalam talk show tersebut, Neno Warisman juga berpesan kepada para orang tua untuk menjauhi pola mendidik anak dengan kekerasan, seperti memarahi sang anak setiap hari, termasuk soal perkataan yang mengatakan anak setan. "Kalau misalnya anaknya dikatakan anak setan,lantas ibunya siapa dong,"ujar Neno seraya menyelipkan sedikit guyon membuat peserta pun pada tersenyum-senyum.

Selain itu Ia juga meminta kepada orang tua untuk merubah paradigma yang selalu menyebut anaknya bodoh apabila tidak mendapat rangking satu dan dua. Sebab menurutnya anak itu tidak ada yang bodoh, karena Allah SWT telah memberikan keunikan dan kelebihan yang berbeda-beda pada sang anak. Dan oang tua itu harus menerima anak dengan apa adanya "Anak yang mendapat rengking 30 itu belum tentu bodoh,tetapi menyimpan kelebihan yang belum muncul dari dirinya,"ujarnya.

Untuk menghindari agar anak tidak terjerumus ke hal -hal yang negatif, Neno Warisman pun memberikan tiga tips yakni mengenali diri anak, mengenali diri Ortu serta adanya komunikasi antara ibu dan anak atau anak dan ayah. Dalam melakukan komunikasi ini ada rumusnya yang dapat mengikuti cara berkomunikasi Rasullulah, yakni dengan bahasa tubuh yang menyenangkan,sehingga jangan sampai mendidik anak menjadi pria dewasa yang kekanak -kanakkan seperti yang terjadi di DPR RI.

Orang tua juga diminta untuk melakukan planning dan tidak menciptakan huru -hara, sehingga setiap hari tidak ada kalimat yang bernada marah atau omelan kepada anaknya. "Kita tidak boleh bimbing anak dengan marah karena Rasullulah itu tidak pernah marah,"pesannya.

Dan sebagai orang tua diminta untuk mempunyai misi agar bagaimana dapat mendidik anaknya untuk selamat sampai di akhirat. Dari apa yang disampaikan Ustazah Neno Warisman itu mendapat respon yang cukup banyak dari para undangan yang hadir.

Seperti Ketua Jalasenastri, Ny M Ricard yang menyampaikan keluhannya atas kendala yang dihadapi dalam mendidik anak. Bahwa karena monotton dalam membimbing kedua anaknya, sehingga hampir setiap hari anaknya diomeli pada saat bangun. Karenanya ia minta saran bagaimana mengatasinya.

Menjawab pertanyaan tersebut, Neno Warisman mengatakan perlunya menciptakan rumah yang aman dan nyaman, karena kalau orang tua yang cemberut tentu hatinya juga tidak nyaman. Jadi tugas dari orang tua adalah mempertajam emosi untuk tidak menunjukkan wajah yang cemberut.

Bahkan Uztazah Neno juga memberikan contoh kehidupan nyata dari orang yang kaya raya, tapi anaknya tidak betah di rumah. Kenapa demikian? karena ibunya banyak marah, sementara ayahnya yang pengusaha lebih banyak memberikan senyum kepada kliennya dari pada kepada anaknya.

Sementara itu dari pantauan Koran ini, talk show yang dipandu oleh EO Smart Beda Entrp diakhir dengan memberikan hadiah kepada para undangan yang mengajukan pertanyaan.

Sementara itu dihari kedua seminar berthema "Pengaruh Dan Strategi Kecerdasan Emosi, Spiritual Dan Intelektual terhadap Perkembangan Dan Potensi Anak" juga tidak kalah menariknya.

Dikesempatan itu, Neno Warisman menegaskan kalau semua agama itu tidak sama. Bahwa orang tua yang berbeda keyakinan hanya akan membingungkan si anak. Acara talk show dan seminar sehari dengan ketua panitia pelaksana, Ida Lusiana, SP dengan didampingi bendahara panitia Hj Rosmia Mataliti, SE berlangsung sukses

Artikel Lain :

Kiat Mendidik Anak Agar Gemar Menabung