1. Pengertian Mental
Mental berasal dari kata latin yaitu mens, mentis yang artinya: jiwa, nyawa, sukma, roh, semangat (Kartini Kartono, 1987:3). Sedangkan dalam kamus psikologi Kartini Kartono, (1987:278) mengemukakan:
Mental adalah yang berkenaan dengan jiwa, batin ruhaniah. Dalam pengertian aslinya menyinggung masalah: pikiran, akal atau ingatan. Sedangkan sekarang ini digunakan untuk menunjukkan penyesuaian organisme terhadap lingkungan dan secara khusus menunjuk penyesuaian yang mencakup fungsi-fungsi simbolis yang disadari oleh individu.
Pengertian mental dalam kamus besar bahasa Indonesia, (1991:647) adalah“Berkenaan dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan atau tenaga, Bukan bersifat badan atau tenaga: bukan hanya pembangunan fisik yang diperhatikan melainkan juga pembangunan batin dan watak”.
Mental secara istilah dapat diartikan dengan “semangat jiwa yang tegar, yang aktif, yang mempengaruhi perilaku hidup dan kehidupan manusia” (Mawardi Labay El- Sulthani,2001:2).
Melihat dari pernyataan diatas, maka mental bisa diartikan sesuatu yang berada dalam tubuh (fisik) manusia yang dapat memepengaruhi perilaku, watak dan sifat manusia di dalam kehidupan pribadi dan lingkungannya.
2. Ruang Lingkup Mental
Dalam Agama Islam keterpisahan antara ilmu pengetahuan dan masalah agama tidaklah terjadi. Agama dan ilmu pengetahuan adalah dua hal yang berjalan seiringan dan tidak terpisahkan. Oleh karena itu bagi seorang Muslim untuk membuat pemisahan antara pendekatan psikologi dan agama itu tidak mungkin, karena kajian manusia banyak disebut-sebut dalam Al- Quran.
Djamaludin Ancok mengemukakan :
Kajian tentang diri manusia banyak disebut-sebut Allah SWT dalam Al- Quran Antara lain “kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri” (QS.41:45). Ayat ini mengisyaratkan bahwa di alam semesta maupun dalam diri manusia terdapat suatu yang menunjukkan adanya tanda-tanda kekuasaan Allah. Yang dimaksud dengan “sesuatu” di sana adalah rahasia-rahasia tentang keadaan alam dan keadaan manusia (Djamaludin Ancok, 2001:148).
Kalau dikaji lebih jauh ayat-ayat Al-Quran dapat ditangkap bahwa manusia menenmpati posisi penting, seperti yang tertera dalam Al-Quran yang diturunkan kepada Rasulullah berbicara tentang manusia “Khalaqol insaana min’alaq”. Dapat diperhatikan dengan cermat, ada salah satu yang berkenaan dengan manusia yaitu jiwa.
Sedangkan dalam kajian psikologi masa kini ruang lingkup jiwa (mental) berkisar pada: tri- dimensionaraga (organo-biologi): jiwa (psiko-edukasi), dan lingkungan sosial budaya (sosio- kultural) sebagai penentuan utama perilaku dan kepribadian manusia. Dalam hal ini unsur raga semata bukan merupakan bidang kajian mental, melainkan termasuk bidang kajian bologi dan ilmu kedokteran demikian pula unsur lingkungan sosial budaya “an sich” tidak termasuk lahan mental tetapi bidang cakupan sosiologi dan antropologi. Tetapi sejauh kedua unsur ini berkaitan dengan pengalaman (kejiwaan) manusia, maka sudah tentu psikologi dapat dilibatkan.
Dengan demikian ruang lingkup psikologi secara garis besar adalah bidang-bidang psiko-biologi, psiko-ekstensial, dan psiko-sosial (budaya) dengan segala kemajemukannya (Hanna Djumhana Bastaman, 2001:148).
Sedangkan yang dimaksud dalam penelitian ini hanya berkisar pada organo- biologi (psiko-biologi) dan psiko-edukasi (jiwa).
3. Aspek-Aspek Mental
Manusia adalah makhluk yang pada dasarnya baik dan selalu ingin
Kembali padakebenaran yang sejati, karena pada diri manusia mempunyai
Aspek-aspek jiwa yang bisa mempengaruhi segala sikap dan tingkah laku manusia. Bertolak dari pernyataan maka aspek-aspek manusia dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Kartini Kartono (2000:6) mengemukakan bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia adalah keinginan, tindakan, tujuan, usaha-usaha, dan perasaan
b. Zakiah Darajat (1990:32) berpendapat bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia adlah kehendak, sikap, dan tindakan.
c. Mawardi Labay El- Shuthani (2001:3) memnadang bahw aspek mental yang ada dalam diri manusia adalah segala sesuatu yang menentukan sifat dan karakter manusia.
d. IbnuSina (1996:116) berpendapt bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia adalah kesadaran diri, amarah, dan keinginan.
e. Al Ghazali (1989:7)mengemukakan bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia adalah yang merasa, yang mengetahui dan yang mengenal.
f. Hanna Djuhamham Bastaman (2001:64) memandang bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia adalah berpikir, berkehendak, merasa, dan berangan-angan.
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa aspek mental yang ad pad diri manusia adalah aspek-aspek yang dapat menentukan sifat dan karakteristik manusia itu sendiri. Perbuatan dan tingkah laku manusia sangat ditentukan oleh keadaan jiwanya yang merupaka motor penggerak suatu perbuatan. Oleh sebab itu aspek-aspek mental tersebut bisa manusia kendalikan melalui proses pendidikan.
Sumber : www.pendidikankita.com
Artikel Lain :
Pendidikan Mental
Mental berasal dari kata latin yaitu mens, mentis yang artinya: jiwa, nyawa, sukma, roh, semangat (Kartini Kartono, 1987:3). Sedangkan dalam kamus psikologi Kartini Kartono, (1987:278) mengemukakan:
Mental adalah yang berkenaan dengan jiwa, batin ruhaniah. Dalam pengertian aslinya menyinggung masalah: pikiran, akal atau ingatan. Sedangkan sekarang ini digunakan untuk menunjukkan penyesuaian organisme terhadap lingkungan dan secara khusus menunjuk penyesuaian yang mencakup fungsi-fungsi simbolis yang disadari oleh individu.
Pengertian mental dalam kamus besar bahasa Indonesia, (1991:647) adalah“Berkenaan dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan atau tenaga, Bukan bersifat badan atau tenaga: bukan hanya pembangunan fisik yang diperhatikan melainkan juga pembangunan batin dan watak”.
Mental secara istilah dapat diartikan dengan “semangat jiwa yang tegar, yang aktif, yang mempengaruhi perilaku hidup dan kehidupan manusia” (Mawardi Labay El- Sulthani,2001:2).
Melihat dari pernyataan diatas, maka mental bisa diartikan sesuatu yang berada dalam tubuh (fisik) manusia yang dapat memepengaruhi perilaku, watak dan sifat manusia di dalam kehidupan pribadi dan lingkungannya.
2. Ruang Lingkup Mental
Dalam Agama Islam keterpisahan antara ilmu pengetahuan dan masalah agama tidaklah terjadi. Agama dan ilmu pengetahuan adalah dua hal yang berjalan seiringan dan tidak terpisahkan. Oleh karena itu bagi seorang Muslim untuk membuat pemisahan antara pendekatan psikologi dan agama itu tidak mungkin, karena kajian manusia banyak disebut-sebut dalam Al- Quran.
Djamaludin Ancok mengemukakan :
Kajian tentang diri manusia banyak disebut-sebut Allah SWT dalam Al- Quran Antara lain “kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri” (QS.41:45). Ayat ini mengisyaratkan bahwa di alam semesta maupun dalam diri manusia terdapat suatu yang menunjukkan adanya tanda-tanda kekuasaan Allah. Yang dimaksud dengan “sesuatu” di sana adalah rahasia-rahasia tentang keadaan alam dan keadaan manusia (Djamaludin Ancok, 2001:148).
Kalau dikaji lebih jauh ayat-ayat Al-Quran dapat ditangkap bahwa manusia menenmpati posisi penting, seperti yang tertera dalam Al-Quran yang diturunkan kepada Rasulullah berbicara tentang manusia “Khalaqol insaana min’alaq”. Dapat diperhatikan dengan cermat, ada salah satu yang berkenaan dengan manusia yaitu jiwa.
Sedangkan dalam kajian psikologi masa kini ruang lingkup jiwa (mental) berkisar pada: tri- dimensionaraga (organo-biologi): jiwa (psiko-edukasi), dan lingkungan sosial budaya (sosio- kultural) sebagai penentuan utama perilaku dan kepribadian manusia. Dalam hal ini unsur raga semata bukan merupakan bidang kajian mental, melainkan termasuk bidang kajian bologi dan ilmu kedokteran demikian pula unsur lingkungan sosial budaya “an sich” tidak termasuk lahan mental tetapi bidang cakupan sosiologi dan antropologi. Tetapi sejauh kedua unsur ini berkaitan dengan pengalaman (kejiwaan) manusia, maka sudah tentu psikologi dapat dilibatkan.
Dengan demikian ruang lingkup psikologi secara garis besar adalah bidang-bidang psiko-biologi, psiko-ekstensial, dan psiko-sosial (budaya) dengan segala kemajemukannya (Hanna Djumhana Bastaman, 2001:148).
Sedangkan yang dimaksud dalam penelitian ini hanya berkisar pada organo- biologi (psiko-biologi) dan psiko-edukasi (jiwa).
3. Aspek-Aspek Mental
Manusia adalah makhluk yang pada dasarnya baik dan selalu ingin
Kembali padakebenaran yang sejati, karena pada diri manusia mempunyai
Aspek-aspek jiwa yang bisa mempengaruhi segala sikap dan tingkah laku manusia. Bertolak dari pernyataan maka aspek-aspek manusia dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Kartini Kartono (2000:6) mengemukakan bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia adalah keinginan, tindakan, tujuan, usaha-usaha, dan perasaan
b. Zakiah Darajat (1990:32) berpendapat bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia adlah kehendak, sikap, dan tindakan.
c. Mawardi Labay El- Shuthani (2001:3) memnadang bahw aspek mental yang ada dalam diri manusia adalah segala sesuatu yang menentukan sifat dan karakter manusia.
d. IbnuSina (1996:116) berpendapt bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia adalah kesadaran diri, amarah, dan keinginan.
e. Al Ghazali (1989:7)mengemukakan bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia adalah yang merasa, yang mengetahui dan yang mengenal.
f. Hanna Djuhamham Bastaman (2001:64) memandang bahwa aspek mental yang ada dalam diri manusia adalah berpikir, berkehendak, merasa, dan berangan-angan.
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa aspek mental yang ad pad diri manusia adalah aspek-aspek yang dapat menentukan sifat dan karakteristik manusia itu sendiri. Perbuatan dan tingkah laku manusia sangat ditentukan oleh keadaan jiwanya yang merupaka motor penggerak suatu perbuatan. Oleh sebab itu aspek-aspek mental tersebut bisa manusia kendalikan melalui proses pendidikan.
Sumber : www.pendidikankita.com
Artikel Lain :
Pendidikan Mental
0 comments
Post a Comment