Pendidikan Mental

Friday, June 19, 2009




1. Pengartian Pendidikan Mental

Pendidikan berasal dari kata "didik", Lalu kata ini mendapat awalan kata "me" sehingga menjadi "mendidik" artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran (Kamus Bahasa Indonesia, 1991:232).

Selanjutnya pengertian "pendidikan" adalah proses perubahan sikap dan tatalaku sseorang atau kelompok orang dalam mendewasakn manusia, seperti yang tertera dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, No.2 tahun 1989. "Pendidikan" adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan mental dalam penelitian ini adalah suatu usaha sadar yang dilakukan untuk memelihara, melatih, membimbing, dan mengarahkan batin dan watak manusia (mental) yang lebih baik supaya menjadi manusia seutuhnya. Artinya sosok manusia yang mempunyai kekuatan baik fisik maupun psikis dan mampu mengadakan perubahan-perubahan dalam tingkah laku dan sikap dimasa yang akan dating di dalam lingkungannya. Melihat dari pernyataan di atas tidak terpaku pada pendidikan di luar sekolah, salah satunya pendidikan mental lewat seni beladiri sebagaimana yang didefinisikan oleh PB. IPSI bersama Bakin. (Pepdikbud, 1985:46). Seni beladiri adalah basis budaya manusia Indonesia untuk membela eksistensi (kemandirian) dan integritas (kemanunggalan) terhadap lingkungan hidup guna meningkatkan hidup guna meningktakan iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Sebagaimana yang tertera dalam Undang-Undang NO.2 Tahun 1989 Tentang sistem Penidikan Nasional BAB II Pasal 4.

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan.

2. Metode Pendidikan Mental

Metode adalah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian "cara tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu" (Ahmad Tafsir,1996:9), sehingga metode pendidikan mental dapat diartikan yaitu suatu cara tepat dan cepat dalam melakukan latihan, bimbingan, pemeliharaan batin dan watak manusia (mental).

Mawardi Labay El-Sulthani (2001:24) mengemukakan perkembangan mental akan mejadi mental yang baik atau mental yang jelek, tergantung alam ligkungan atau pendidikan yang akan mempengaruhinya. Bertolak dari pernyataan di atas pendidikan mental sangat penting bagi manusia supaya memiliki mental yang kuat, dengan cara yang tepat dan cepat secara bertahap.

A. Mawardi Labay El-Sulthan (2001:5) mengemukakan dalam bukunya yang berjudul Mental Yang Kuat Untuk Sukses Dan Selamat bahwa pembinaan mental yang baik yaitu dengan menanamkan Iman dan Taqwa.

B. Zakiah Darajat (1990:90) mengemukakan dalam bukunya yang berjudul Agama dan Kesehatan Mental bahwa pembinaan mental yang baik yaitu dengan cara mengambil nilai-nilai yang ada pada lingkungan terutama lingkungan keluarga sendiri yaitu nilai-nilai agama moral dan social.

C. Abu Ahmadi (1998:58) mengutarakan pembinaan mental yang baik yaitu dengan cara:

1) Mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri manusia.
2) Memberikan pencerahan batin dengan memberi kemampuan melihat rangkaian problem yang sedang dihadapi.
3) Membangkitkan semangat persatuan dan kesatuan dalam kehidupan.

D. Balnadi Sutadipura 1985:37) mengemukakan dalam bukunya yang berjudul Kompetensi Guru Dan Kesehatan Mental pembinaan mental itu dengan cara:

1) Menanamkan nomos (aturan) pada diri manusia
2) Menanamkan rasa tanggung jawab
3) Menanamkan rasionalitas dan common sense (merasa ingin diakui)
4) Menanamkan disiplin

E. Robert peek dalam buku Kompetensi Guru Dan Kesehatan Mental karangan Balnadi Sutadipura, mengemukakan untuk menanamkan mental yang baik adalah dengan cara menanamkan :

1) Initiative, inisiatif atau alpukah yaitu tidak mudah terpengaruh.
2) Self-directing, sifat untuk berani menetapkan arahan hidup atau perbuatan yang diyakininya.
3) Emosional Maruting ialah kedewasaan emosi: kemampuan untuk melakukan reaksi terhadap yang dialaminya, dilihatnya, didengarnya, dirasakan, dibacanya, dan tidak mudah terpengaruh secara berlebihan.
4) Self- Realzing drive: suatu kemampuan untuk atas kemampuan sendiri adalah melakukan segala sesuatu dengan mengerahkan kemampuan yang ada padanya.
5) Self- acceptance: sikap yang tidak menimbulkan penyesalannya atas kehdiran di dunia ini.
6) Resfect for other: menaruh rasa hormat terhadap orang lain.

F. Singgih D. Gunarsa (1996:104) dalam psikologi olahraga mengemukakan bahwa dalam pendidikan mental yang harus dididik antara lain:

1) Adanya penanaman pengendalian emosi dengan cara:
(a) Adanya keterbukaan antara pelatih dan anggotanya.
(b) Latihan simulasi untuk membiasakan (condifioning) atau pendidikan, ialah usaha untuk membiasakan diri dan supaya tidak asing dengan segala yang akan dihadapinya.
(c) Latihan menghilangkan atau mengurangi kepekan (desintiuitication). Latihan yang diarahkan agar tidak mudah tergoncang jiwanya karena memikirkan sesuatu perkara yang buruk.
(d) Latihan relaksasi progesif (progesive relaxation training) untuk mengurangi ketegangan melalui peregangan atau pelemasan otot sehingga tercipta suasana yang lebih tenang.
(e) Latihan autosuggestion, centring adalah latihan untuk memusatkan perhatian terhadap kehidupan yang sedang dihadapinya dan menyingkirkan pikiran-pikiran yang mengganggu (menyerupai meditasi).

2) Memberi motivasi dengan cara
(a) Menanamkan nilai-nilai kepuasan tersendiri dalam melakukan sesuatu.
(b) Memberi dorongan kepercayaan diri dengan meyakinkan kemampuannya yang telah terpupuk dari dulu melalui usaha latihan yang telah dilakukan.

3) Memberi latihan aspek kognisi dengan cara:
(a) Seseorang harus bisa memusatkan perhatian pada sesuatu yang sedang dihadapinya dan mencari jaln keluarnya sendiri.
(b) Memberi gambaran suatu kesalahan-kesalahan atau kelemahan orang lain yang harus diperbaiki dan harus dipelajari timbulnya kesalahan.

Dalam Buku Dasar-Dasar Respons Relaksasi Karangan Herbert Benson Dan William Procror mengemukakan pembinaan mental yang baik adalah:

G. B.F Skiner (2000:93) mengemukakan pendidikan mental dilakukan dengan cara adanya suatu usaha perubahan lingkungan sehingga dapat mengendalikan perilaku, dengan memberikan suatu dorongan atau memberikan sesuatu ( hadiah)

H. Neil E. Miller (2000:94) mengemukakan pendapatnya bahwa pendidikan mental dilakukan dengan cara pengendalian proses tubuh bawah sadar melalui proses Biofedback meliputi pemberian hadiah dan hukuman.

I. Yogi Maharishi Mahesha (2000:101) memaparkan bahwa pendidikan mental dilakukan dengan bermeditasi (Transcendental Meditation).

J. H.H. Shult seorang ahli syaraf Jerman (2000:113) mengamukakan pendidikan mental dilakukan dengan pelatihan autogenik yaitu salah satu teknik terapi medis yang didasarkan pada pelatihan mental, sehingga orang yang bersangkutan mampu secara sadar mengantarkan dirinya ke dalam keadaan yang kurang stabil atau disebut keadaan Trofo Trofis Hess dengan cara:

1) Memusatkan satu perasaan terhadap beban yang sedang dialaminya.
2) Sensasi (kesan) hangat dianggota badan.
3) Mangatur detak jantung.
4) Konsentrasi pasif pada pernafasan.
5) Mengupayakan kesejukan pikiran.

Pendapat para pakar di atsa menunjukkan keselarasan dalam membentuk mental yang sehat dan kuat menurut para pakar pendidikan dapat penulis rumuskan menjadi beberapa aspek antara lain sebagai berikut :

1. Pembinaan mental melalui agama.
2. Pembinaan mental melalui pribadi.
3. Pembinaan mental melalui lingkungan.

Pembinaan mental melalui agama yaitu dengan cara menanamkan keimanan dan ketakwaan, pembinaan mental melalui pribadi dengan cara mengendalikan emosi, motivasi, berfikir positif, dan mengembangkan potensi diri, sedangkan pembinaan mental melalui lingkungan dengan cara memahami situasi keadaan masyarakat, mengambil nilai-nilai positif dalam keluarga dan masyarakat,dari ketiga aspek itu adanya keterkaitan antara yang satu dan yang lainnya sehingga apabila yang satu tidak terpenuhi maka yang lainnya juga tidak akan maksimal.

Sumber : www.pendidikankita.com

Artikel Lain :

Dapat Rangking 30 Belum Tentu Bodoh

0 comments

Post a Comment